Tari Empat Etnis Sulawesi Selatan di Pleno KPU, inilah Sejarah dan Filosofinya

- 18 Februari 2021, 16:05 WIB
Tari Empat Etnis dalam prolog rapat Pleno terbuka KPU Bulukumba, Rabu 17 Februari 2021.
Tari Empat Etnis dalam prolog rapat Pleno terbuka KPU Bulukumba, Rabu 17 Februari 2021. /RCA 102.5 FM Bulukumba

WartaBulukumba - Gendang ditabuh bertalu-talu. Sembari para "pagandrang" mencipta bebunyian ritmis, empat orang penari berlenggak-lenggok gemulai.

Mereka tidak sekadar menari untuk menghibur, tetapi untuk menyambut tamu. Tamu yang disambut pun bukanlah tamu yang biasa. Bukan yang datang bertamu sesaat, lalu beranjak pergi tanpa meninggalkan jejak istimewa.

Para penari itu sedang menyambut tamu pilihan warga yang telah menyumbangkan hak suara mereka pada pilkada serentak yang dihelat pada tanggal 9 Desember 2020 lalu. Dalam prolog Rapat Pleno Terbuka KPU BUlukumba, penari-penari dari Sanggar Seni Budaya Al Farabi menyambut pasangan Andi Utta-Edy Manaf sebagai nahkoda baru di Bumi Panrita Lopi, Kabupaten Bulukumba.

Baca Juga: Ditemukan di Subang dan Karawang, Ribuan Kotak Oranye Ini Ternyata Berisi Bantuan untuk Korban Banjir

Sejatinya tari empat etnis  adalah sebuah tarian yang menggabungkan empat jenis etnis berbeda yang ada di Sulawesi Selatan. Tarian ini juga menggabungkan empat pakem tarian yang berbeda. Pakem Pakarena dari Makassar, Pajogeq dari Bugis Bone, Pattuddu dari Mandar, serta Pagellu dari Toraja.

Tarian empat etnis ini merupakan tarian kelompok yang dimainkan oleh empat orang atau lebih. Jumlahnya tak boleh kurang dari empat. Ciri lainnya adalah kipas yang digunakan oleh setiap penari sebagai properti.

Masyarakat umum hanya mengenal tarian ini sebagai tarian hiburan atau tarian penyambut tamu belaka. Namun, tarian ini sebenarnya menyimpan sebuah pesan yang tersirat pada setiap gerakannya.

Baca Juga: Akibat Narkoba Pasangan Bejat Telantarkan Bayinya yang Baru 1 Bulan Sendirian di Rumah

Tari Pakarena menceritakan tentang bagaimana penghuni kehidupan dunia atas (khayangan) mengajari penduduk bumi bagaimana cara menjaga anak, memintal benang, bersahabat, dan menjalin kehidupan bermasyarakat. Gerakan memutar seperti jarum jam dalam tarian ini melambangkan siklus kehidupan manusia di bumi.

Halaman:

Editor: Sri Ulfanita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah