Menguak 'angka paradoks' di balik pemadaman bergilir PLN: Aktivis Bulukumba ungkap perhitungan ini

- 26 November 2023, 19:53 WIB
Ilustrasi membakar lilin saat mati lampu - Aktivis Bulukumba merinci angka paradoks di balik pemadaman bergilir PLN
Ilustrasi membakar lilin saat mati lampu - Aktivis Bulukumba merinci angka paradoks di balik pemadaman bergilir PLN /Thomas Mühl /Pixabay

Menurut Musafir yang akran disapa Bri ini mengungkapkan bahwa yang perlu ditelusuri pemakaian BBM solar per 24 jam berapa liternya, maka tinggal dirupiahkan.

"Misalnya per 100 KVA menggunakan BBM 21 liter per jam x 24 jam x 30 hari= 15.120 liter x Rp 18.610/liter = Rp. 281.383.200. Angka rupiah ini jika listrik menyala 1x24 jam," tuturnya merinci.

 Baca Juga: FAKK terima aduan pembangunan tanpa IMB di Tamalanrea Indah Makassar

Perlunya audit terhadap pembukuan PLN

Jika listrik menyala cuma 10 jam per hari selama sebulan atau 300 jam x Rp15.120/liter, menurut Musafir itu artinya selama 14 jam x 30 hari BBM tidak terpakai.

"Jika 14 jam x 30 hari x Rp. 15.120/liter= Rp6.350.400, maka duit pembelian BBM yang tidak terpakai per harinya kemana?" urainya.

Musafir menekankan perlunya audit pembukuan terkait penggunaan BBM untuk PLN
jika dalam laporan mereka angka pembelian BBM senilai Rp281.383.200 per bulan, maka bisa dipastikan 100% ada korupsi dalam pembelian BBM.

"Hitungan di atas per 100 KVA, hitungannya 1 Mega MW= 1000 KVA, coba cek berapa Megawatt PLN Sulsel? Setelah tahu berapa Megawatt PLN Sulsel langsung ketahuan berapa ratus juta dana per bulan dari hasil pembelian BBM," kata Musafir tegas.

Musafir juga menyoroti penggantian peralatan mesin listrik PLN, gardu-gardu induk, ribuan sub gardu, penambahan daya, serta pemasangan meteran baru ke rumah-rumah penduduk.

Ia mengajukan pertanyaan yang menggelitik, "Bagaimana semua itu dihitung dan disalurkan?"

"Ini dugaan. Itu baru BBM, bagaimana dengan penggantian peralatan mesin listrik PLN, gardu-gardu induk dan ribuan sub gardu, penambahan daya serta pergantian dan pemasangan baru meteran ke rumah-rumah penduduk?" ketusnya.

Musafir juga membentangkan keluhan seragam yang kerap dilontarkan para pelanggan PLN.

"Capek-capek bayar listrik tepat waktu, eeh laporan keuangan PLN katanya merugi. Sementara masyarakat yang telat bayar langsung dicabut meteran listrik di rumah mereka," tandas Musafir.***

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah