Selain ledakan alga, ini penyebab lainnya ikan-ikan mati di perairan Selayar

- 21 Januari 2023, 14:46 WIB
Ikan mati muncul di pantai La Manga del Mar Menor, Murcia, Spanyol, 21 Agustus 2021.
Ikan mati muncul di pantai La Manga del Mar Menor, Murcia, Spanyol, 21 Agustus 2021. /REUTERS/Eva Manez/File Photo

WartaBulukumba - Mengapung tak berdaya di permukaan laut yang berubah warna hijau, ikan-ikan itu mati mendadak.

Fenomena air laut tetiba berubah warna menjadi hijau, berbau dan ikan-ikan mati telah direspon oleh Pemkab Selayar dengan mengambil sampel air laut dan ikan yang mati.

Berdasarkan beberapa penjelasan ilmiah, ledakan alga di laut Selayar adalah penyebab ikan-ikan mati di laut Selayar pada pekan lalu.

Baca Juga: Selamat jalan Prof Dr Andi Rasdiyanah, sastrawan dari Bulukumba rektor perempuan pertama di Indonesia Timur

Peristiwa serupa juga pernah terjadi di kawasan pantai Ancol pada tahun 2015 silam.

Dikutip dari laman Lipi.go.id, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menanggapi kasus ribuan ikan-ikan yang mati mendadak di Teluk Jakarta, terutama di kawasan Pantai Ancol pada 29-30 November 2015, tim peneliti menemukan adanya ledakan populasi dari fitoplankton dari jenis Coscinodiscus sebagai penyebab utama matinya ribuan ikan di pantai Ancol.

Dikutip dari Ocean Data Center, ketika air terlihat sangat hijau, itu berarti ada banyak alga mikroskopis yang biasa disebut fitoplankton yang tumbuh di dekat permukaan.

Baca Juga: Kian marak Destructive Fishing di Pulau Selayar, LSM PILHI: 'Pelaku kebanyakan dari luar Selayar'

Makhluk-makhluk kecil fitoplankton mendapatkan energi dari sinar matahari, seperti tumbuhan. Mekar fitoplankton biasanya terjadi pada musim semi, ketika siang hari semakin panjang.

Mengapa air berubah dari biru menjadi hijau? Dikutip dari laman Thought.co pada 11 Juli 2022, organisme fotosintesis mengandung klorofil, yang tidak hanya tampak hijau, tetapi juga menyerap cahaya merah dan biru.

Bergantung pada jenis fitoplankton, air mungkin tampak lebih biru kehijauan hingga hijau zamrud.

Baca Juga: Fenomena air laut di Selayar tetiba berwarna hijau dan ikan-ikan mati

Apakah lautan hijau itu sehat? Penjelasan yang ditakik dari The Print pada 4 Februari 2019, kehadiran fitoplankton di perairan biasanya menunjukkan kesehatan air.

Ketika jumlahnya cukup, kehidupan tumbuh subur dan air berwarna hijau "sehat".

Lalu mengapa ikan-ikan mati mendadak? Alga mekar atau terjadi ledkan, kata ilmuwan dari Central Marine Fisheries Research Institute seperti dikutip dari The Hindu pada 15 September 2020.

Baca Juga: Pelebaran jalan Desa Lembanna menuju Lembah Ramma dinilai bisa merusak hutan lindung

Situs itu memberitakan perairan Laut Arab yang berubah menjadi hijau di lepas pantai Surathkal dan Mukka telah membuat para nelayan khawatir perubahan warna itu mungkin disebabkan oleh limbah industri.

 

Dia mengatakan bahwa selain penyebab alami, ledakan alga bisa jadi akibat limbah industri yang kaya akan nitrogen dan komponen lainnya.

Alga kaya akan nutrisi yang menjadi makanan ikan. Jika terjadi crash setelah mekar, konsentrasinya tidak akan baik untuk fauna laut, tambahnya.

Baca Juga: Wabup Selayar ungkap nilai kearifan lokal di balik selamatnya ABK KM Kasman Indah 06

 

Destructive Fishing

Baru-baru ini WartaBulukumba.com juga memberitakan tentang ikan-ikan mati mengapung di laut Selayar namun bukan akibat ledakan alga.

Direktur Eksekutif LSM Pusat Informasi Lingkungan Hidup Indonesia (PILHI), Syamsir Anchi mengatakan, kebanyakan pelaku bom ikan umumnya berasal dari luar pulau Selayar.

"Pelaku bom ikan di perairan Selayar, kebanyakan orang luar" ujar pria ini yang dilahirkan di Benteng, Selayar, 48 tahun silam.

Baca Juga: Ikatan Alumni Unhas di Selayar bergerak bantu korban bencana alam akibat cuaca ekstrem

Anchi melanjutkan, penangkapan ikan dengan cara-cara ilegal, hanya 'untung' sesaat bagi segelintir oknum nelayan.

Destructive Fishing atau menangkap ikan dengan cara mengebom sangat besar dampak kerugiannya, sementara ancaman atau sanksi pidana pelaku masih ringan, sesuai ketentuan undang-undang nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan atas undang-undang nomor 31 tahun 2004, ancaman pidana hanya 5 (lima) tahun penjara, dan denda, 2 (dua) miliar.

Direktur LSM PILHI Persoalannya, kata Anchi, apakah polisi, jaksa, dan hakim benar-benar menjatuhkan vonis maksimal bagi pelaku destructive fishing ? Dan wajib membayar denda 2 miliar ? Saya belum pernah menemukan kasus hukum seperti ini. Kalau hukuman maksimal, oke, namun denda itu seolah sanksi yang tak mungkin dipenuhi oleh pelaku.

Baca Juga: Enam korban KM Kasman Indah 06 diduga terseret arus ke arah Pulau Batu Sokbolo dan Pulau Janggo

Ia memberikan solusi, untuk mengatasi maraknya pemboman ikan, tidak lain adalah agar aparat gencar melakukan patroli secara rutin.

Aparat juga perlu melibatkan masyarakat sekitar, minimal informasi masyarakat sangat penting untuk mengetahui wilayah mana saja yang rawan destructive fishing. Melakukan identifikasi, dan pemetaan wilayah, terutama wilayah terluar yang jauh dalam jangkauan petugas.

Anchi membeberkan, dari hasil penelusurannya bulan lalu, pelaku pemboman ikan selama ini dibawa orang luar, bom dibawa dan dirakit dari luar pulau Selayar.

Aktivis lingkungan hidup ini, menekankan bahwa dampak pemboman ikan di Selayar, dan seluruh wilayah perairan Indonesia amatlah besar, olehnya itu harus dihentikan atau paling tidak diminimalisir karena, membunuh benih-benih di sekitarnya, merusak terumbu karang yang pemulihannya butuh waktu puluhan, bahkan ratusan tahun, merusak ekosistem.

Selain itu, berbahaya juga bagi pelakunya, karena bisa saja meledak sewaktu-waktu di luar perkiraan.

"Diperlukan komitmen bersama antar aparat lintas kabupaten/kota, koordinasi, dan peran semua pihak dibutuhkan, sebelum ikan yang melimpah, dan biota laut benar-benar berkurang, dan rusak parah akibat ulah tangan-tangan jahil," tegasnya.***

 

 

 

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah