Sekilas menggamit Subalternian, komunitas ini berangkat dari keresahan tim Penerbit Subaltern, yang memproyeksikan buku tak hanya lahir dari akademisi atau serupa tapi juga perlunya ketersediaan akses untuk para penulis di berbagai daerah untuk menerbitkan bukunya.
Akses tersebut melalui pengembangan SDM melalui komunitas yang akan disupport oleh Penerbit Subaltern. Sederhananya dari menanamkan minat baca, menulis hingga bisa terbit. Sehingga ketika terbit maka akan menjadi bagian usaha mandiri berbagai komunitas yang merangkul potensi dalam kepenulisan.
"Tapi mesti ditegaskan kembali bahwa untuk Bulukumba bukan lagi hal yang baru soal literasi, salah satunya Kedai Kopi Litera yang hari ini bisa menjadi patron kita menengok bagaimana gerakan literasi digalakkan dengan basis inklusi dan perpaduan berbagai sektor, salah satunya penjualan berbagai varian minuman dan sekarang berlanjut pada pengembangan podcast sebagai salah satu medium atau bentuk transformasi gerakan literasi," urai Arman di ujung bincang.***