Menengok pendidikan non formal fleksibel di pinggir terluar Bulukumba: Cinta yang sejuk di Benteng Senggang

4 Oktober 2023, 12:14 WIB
Momen Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila pada 1 Oktober di sisi terluar Bulukumba, Benteng Senggang. /WartaBulukumba.Com

WartaBulukumba.Com - Dicumbui angin pagi yang berembus dari hutan dan kebun kopi yang mengitari kampung, sebuah bendera Merah Putih berkibar gagah di puncak sebuah tiang bambu. Di tepi terluar Kabupaten Bulukumba yang terletak di ketinggian 900 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini, banyak kisah bertumbuhan menyapa dunia luar.

Anak-anak itu tampak bersemangat saat mengikuti upacara. Suasana itu tertangkap saat momen upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila pada Ahad, 1 Oktober 2023 di depan Sekolah Alam (Solam) Benteng Senggang. Inilah salah satu sekolah non formal fleksibel dan inklusif yang terus menggeliat-geliat penuh semangat di Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Bangunan sekolah ini terbuat dari bahan kayu dan seng, selintas  seperti rumah panggung biasa, sebagaimana rumah-rumah panggung tradisional lainnya di Kabupaten Bulukumba. 

Baca Juga: Prihatin pada kondisi Benteng Senggang di sisi terluar Bulukumba, pasutri ini mendirikan Sekolah Alam

Anak-anak sekolah Alam Benteng Senggang bersama pengajar dan tetamu di Hari Kesaktian Pancasila/WartaBulukumba.Com

Beberapa sisinya tak berdinding, membiarkan aliran udara segar bebas mengalir ke dalamnya. Sangat terbuka dan terhubung dengan lingkungan di sekitarnya. Ada sebuah rak sederhana berisi sejumlah buku bacaan. Di sebuah sisi yang berdinding papan kayu, tersemat beberapa poster pembelajaran.

Benteng Senggang terasa seperti tempat ajaib yang ditempati oleh para pencari ilmu sejati. Di sini, alam masih memeluk erat dengan penuh cinta. Udara di pagi hari begitu segar dan hawa sejuk yang mengelilingi sekolah ini memberikan suasana yang begitu damai. Pepohonan tinggi di hutan-hutan sekitar dengan lembut melingkari kebun-kebun kopi yang subur, menciptakan lanskap yang luar biasa.

Kemah dan Nobar

Pada 1 Oktober lalu, Kampung Benteng Senggang terlihat jauh lebih ramai dibanding biasanya. Sehari sebelum peringatan Hari Kesaktian Pancasila, berdatangan beberapa kelompok. Di antaranya ada komunitas pencinta alam dan relawan pegiat literasi di Kabupaten Bulukumba. Mereka mendirikan kemah-kemah untuk menginap.

Baca Juga: Hari Kesaktian Pancasila di sisi terluar Bulukumba: Festival Permainan Tradisional di Solam Benteng Senggang

Upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober bersama anak-anak Sekolah Alam Benteng Senggang/WartaBulukumba.Com

Para siswa Solam Benteng Senggang berkumpul di sekitar api unggun, bercerita tentang pengalaman mereka dalam eksplorasi alam.

Para relawan berkesempatan untuk turut mengajar anak-anak dan memberikan pengalaman belajar yang unik.

Mereka mengadakan kemah yang melibatkan pemutaran film "G30S PKI" dan nobar bersama masyarakat Benteng Senggang. Ini adalah cara efektif untuk memadukan pendidikan dengan hiburan, menarik minat anak-anak dan memberikan mereka pengalaman belajar yang berbeda.

Keesokan hari, saat dingin pagi masih membelai dan kabut tipis menciumi Benteng Senggang, upacara Hari Kesaktian Pancasila pun dihelat. Upacara dihadiri Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bulukumba, Andi Buyung Saputra S, STP., MM.

Baca Juga: Sekolah Alam yang memanggil-manggil dari Benteng Senggang, sisi terluar Bulukumba

Dukungan Penuh dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bulukumba 

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bulukumba, Andi Buyung Saputra S, STP., MM.Di Kabupaten Bulukumba, mengungkapkan perasaan kagum terhadap Solam Benteng Senggang.

"Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bulukumba mensupport para pengurus dan voluntir di Solam Senggang, mereka luar biasa," ungkap Andi Buyung saat dikonfirmasi WartaBulukumba.com pada Rabu, 4 Oktober 2023.

Andi Buyung menjelaskan, metode kurikulum merdeka digunakan untuk memungkinkan pendidikan yang lebih inklusif dan fleksibel. Beberapa sekolah non formal telah muncul sebagai solusi efektif untuk memenuhi kebutuhan anak-anak yang tidak bersekolah.

Baca Juga: Bertandang dengan cinta dan keras kepala ke sisi terluar Bulukumba di ketinggian 900 MDPL

"Sekolah non formal memang harus muncul, membantu mengatasi tantangan pendidikan bagi anak-anak yang tidak bersekolah atau yang putus sekolah. Dengan metode yang sesuai dengan kurikulum merdeka, mereka membuka pintu bagi anak-anak untuk belajar dan tumbuh. Berbagai lembaga dan komunitas di Kabupaten Bulukumba harus berperan dalam perubahan ini. Dan Solam Benteng Senggang bisa menginspirasi kita semua," tutur Andi Buyung.

Festival Permainan Tradisional

Salah satu acara menarik dalam rangka Hari Kesaktian Pancasila di Benteng Senggang adalah Festival Permainan Tradisional. Salah satu yang menyedot perhatian adalah lomba layangan.

Sangat unik dan penuh tantangan. Tidak seperti lomba layangan biasa. Di Benteng Senggang, arah angin berasal dari empat sisi yang berbeda. Ini memerlukan keterampilan khusus untuk menerbangkan layangan.

Lomba ini bukan hanya tentang persaingan, tetapi juga tentang penguatan keterampilan dan kerja sama tim. Jika Anda pencinta sejati layangan, sepertinya ada yang kurang jika belum menjajal cara bermain layanagan di Benteng Senggang.

Founder Sekolah Alam Benteng Senggang, Nopianto, bersama istrinya, Suharpida yang juga menjadi relawan pengajar di sekolah ini mengungkapkan terima kasih tulus kepada semua pihak yang selama ini mendukung Solam Benteng Senggang.

"Sejumlah lembaga dan komunitas telah berperan penting dalam menghidupkan pendidikan non formal ini," tutur Nopianto.

Dia menjelaskan, mereka termasuk KUA Kecamatan Kindang, PKBM Ibu Pertiwi, para relawan sekolah alam, tokoh masyarakat, dan berbagai komunitas di Kabupaten Bulukumba.

"Dalam upaya bersama, mereka telah menciptakan perubahan positif dalam kehidupan anak-anak Benteng Senggang yang sebelumnya terabaikan," ungkapnya.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler