Baca Siroh Bareng di Taman Cekkeng Bulukumba: 'Kisah Matahari yang Tertahan Terbenam'

18 September 2023, 17:03 WIB
Baca Siroh Bareng di Taman Cekkeng Bulukumba: 'Kisah Matahari yang Tertahan Terbenam' /WartaBulukumba.Com

WartaBulukumba.Com - Anak-anak kembali duduk di atas tikar, melingkar penuh semangat di Ahad pagi di bawah langit biru Bulukumba. Taman Cekkeng tempatnya. Baca Siroh Bareng, tajuk kegiatannya.

Mereka datang kembali untuk sebuah pengalaman yang membawa mereka lebih dekat dengan cerita agung yang terkandung dalam siroh Rasulullah SAW. Kegiatan literasi Islam di Taman Cekkeng Kota Bulukumba pada Ahad, 17 September 2023 ini berlangsung mulai pukul 8:30 hingga 10:30 WITA. 

Kegiatan "Baca Siroh Bareng" adalah sebuah inisiatif komunitas literasi Pejuang Siroh Bulukumba yang memadukan pembelajaran, refleksi spiritual, dan pengembangan karakter dalam sebuah sesi

Baca Juga: Dari teras sederhana Rumah Baca Pinisi Nusantara 1986 di Bulukumba kembali bangkit

Baca Siroh Bareng di Taman Cekkeng Bulukumba: 'Kisah Matahari yang Tertahan Terbenam'/WartaBulukumba.Com

Namun, seperti kebanyakan hal dalam hidup, cerita di balik kegiatan ini memiliki dimensi yang jauh lebih dalam daripada sekadar catatan waktu dan tempat.

Umma Thia, nama yang akrab dipanggil untuk Rahmatiah Majid, adalah sosok yang berdiri di balik keberlangsungan dan kesuksesan kegiatan ini. Sebagai penanggung jawab dan pendiri acara, ia adalah pendorong utama di balik upaya ini.

"Tujuan kami adalah agar kita bisa belajar dan meneladani Rasulullah," ujarnya kepada WartaBulukumba.Com pada Senin, 18 September 2023.

Baca Juga: Sepenggal dongeng di TBM Karama Cendekia, World Storytelling Day di antara angin dan pepohonan

Foto bareng peserta, orangtua peserta dan relawan kegiatan Baca Siroh Bareng di Taman Cekkeng Bulukumba: 'Kisah Matahari yang Tertahan Terbenam'/WartaBulukumba.Com

Misi Mulia Baca Siroh Bareng

Menurut Umma Thia, mempelajari kisah nyata yang bisa kita ambil hikmahnya sebagai pegangan hidup, semakin mendekatkan diri dengan Allah dan RasulNya.

"Dan yang tak kalah pentingnya, kami ingin selalu mendampingi anak-anak yang sudah semakin 'dijauhkan' dari fitrahnya," ungkapnya.

Sejalan dengan visinya, kegiatan "Baca Siroh Bareng" ini bukanlah sekadar membaca dan mendengar cerita. Ini adalah perjalanan mendalam ke dalam sejarah dan spiritualitas, membawa peserta melalui kisah-kisah penuh inspirasi dari kehidupan Rasulullah SAW.

Baca Juga: Keren! Komunitas literasi di Desa Bontonyeleng Bulukumba ini adalah juga penerbit buku dan toko buku online

Dalam sesi ini, peserta tidak hanya menjadi pendengar pasif. Mereka terlibat aktif dalam diskusi, refleksi, dan bahkan peran-peran kecil yang membawa kisah hidup Rasulullah SAW menjadi lebih hidup.

Mata-mata yang berbinar saat mereka mencoba memahami bagaimana nilai-nilai dan tindakan yang terkandung dalam kisah-kisah tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan mereka sendiri.

Namun, cerita paling mengesankan dari semua ini adalah kisah 'Kisah Matahari yang Tertahan Terbenam'.

“Ketika matahari terbenam terlalu lama, itu adalah pengingat bagi kita bahwa ada sesuatu yang lebih besar di luar sana, itu adalah pengingat untuk terus mencari cahaya dalam hidup kita, bahkan dalam kegelapan terdalam pun," urai Umma Thia di hadapan anak-anak.

Baca Juga: Cinta yang rindang di Bulukumba: TBM Karama Cendekia dan mahasiswa KKNT Unhas Makassar

Kisah Matahari yang Tertahan Terbenam

Berikut ringkasan siroh berjudul 'Kisah Matahari yang Tertahan Terbenam' dalam Baca Siroh Bareng di Taman Cekkeng Bulukumba pada Ahad pagi kemarin.

Waktu itu kafir Quraisy tidak percaya dengan cerita perjalanan Isra dan Mi'raj Rasulullah SAW yang terjadi hanya dalam semalam, meski telah Rasulullah SAW jelaskan secara jelas bagaimana Beliau diperjalankan ke Baitul Maqdis hingga ke langit ketujuh, namun mereka tidak percaya.
 
Abu Jahal mengumpulkan orang-orang untuk mendustakan perkataan Rasulullah dan meminta bukti lagi. Rasulullah SAW pun mengatakan bahwa esok hari akan ada kafilah dagang yang lewat memiliki unta yang tulang kakinya patah.
 
Keesokan harinya waktu berlalu hingga matahari hampir tenggelam dan kafilah itu belum juga lewat. Para kafir Quraisy sudah siap-siap mengata-ngatai Rasulullah namun dengan izin Allah matahari yang tadinya mau terbenam menjadi tertahan dan kemudian lewatlah kafilah dagang itu dengan kondisi unta sebagaimana yang Rasulullah jelaskan.
 
Apakah mereka sudah percaya? Tidak. Mereka malah menuduh Rasulullah menggunakan sihir.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler