Gerakan '60 Menit Bersama Buku Tanpa Gadget' serentak 26 September 2021

25 September 2021, 22:36 WIB
Ilustrasi: Anak-anak membaca buku di Kedai Kopi Litera, Bulukumba. /WartaBulukumba.com/Alfian Nawawi

 

WartaBulukumba - Jagat digital di zaman no border tidak mengenal 'garis demarkasi', maka di sanalah gadget menjadi 'sahabat sekaligus musuh'. 

Realita itu lantas meletuskan keresahan dan kegelisahan sejumlah pegiat literasi di Kabupaten Bulukumba, Sulsel.

Lalu sebuah gerakan digagas anak-anak muda tersebut. Bertajuk "60 Menit Bersama Buku Tanpa Gadget" mereka memulainya di Sulawesi Selatan pada hari Ahad 26 September 2021.

Baca Juga: Pembelajaran Jarak Jauh menuai banyak persoalan bagi anak

"Gerakan ini sebenarnya gerakan teman-teman yang berangkat dari keresahan bersama di tengah pandemi," kata Arman Bassara, salah satu inisiator gerakan "60 Menit Bersama Buku Tanpa Gadget" kepada WartaBulukumba.com, Sabtu 25 September 2021.

Arman menuturkan bahwa ia bersama teman-temannya di komunitas Subalternian sejak lama punya niatan bergerak masif dalam gerakan literasi.

"Suatu hari kami ketemu dengan Salman dari Karama Literatur dan berdiskusi dengan beliau di sebuah kafe di Makassar pada 22 September lalu," katanya.

Baca Juga: Sabtu Produktif Literasi Satu Atap di Desa Sapobonto, perjalanan kecil yang ditumbuhi cinta

Penjelasan anak muda ini menunjukkan bahwa ini sebuah konsep gerakan yang sangat cepat diformulaiskan lantaran pada tanggal 23 September, persiapannya seperti pamflet pun sudah jadi.

"Kemudian Salman yang mempertemukan komunikasi dengan teman-teman lainnya yang juga punya keresahan yang sama," tutur Arman.

Maka bersepakatlah anak-anak muda itu untuk menggelar gerakan "60 Menit Bersama Buku Tanpa Gadget".

Baca Juga: Pustaka RumPut di atas bukit, rumah baca yang terus berdenyut

"Kami berharap gerakan ini bisa lebih masif dan berkelanjutan di semua titik. Baik perkotaan maupun pelosok, mendorong gerakan bersama secara bersama menjunjung tinggi kesetaraan melalui ruang literasi yang digalakkan oleh teman teman yang ada di berbagai tempat," harap Arman.

Karena ruang literasi adalah tempat yang bisa menampung kita semua dari lintas suku, latar belakang usia dan hal lainnya.

Tapi mesti ditegaskan kembali bahwa untuk Bulukumba bukan lagi hal yang baru soal literasi, salah satunya Kedai Litera yang hari ini bisa menjadi patron kita menengok bagaimana gerakan literasi digalakkan dengan basis inklusi dan perpaduan berbagai sektor, salah satunya penjualan berbagai varian minunam dan sekarang berlanjut pada pengembangan podcast sebagai salah satu medium atau bentuk transformasi gerakan literasi.

Baca Juga: Bincang Keren di Kedai Kopi Litera 'Milenial Membangun Peradaban melalui Literasi'

Ihwal berbagai titik yang dijadikan lokasi aksi gerakan ini, Arman menjelaskan bahwa untuk edisi perdana saat ini baru Subaltern dan dua di Kabupaten Bulukumba.

Untuk Bulukumba, rencananya dimotori oleh komunitas Hamaika Project dan Kedai Kopi Litera network di depan Kantor Camat Rilau Ale.

Di Kabupaten Maros tepatnya di Senyawa Burger, sekaligus digelar kegiatan latihan kepenulisan.

Baca Juga: Turnamen Free Fire, kolaborasi Dragon Force dengan Kedai Kopi Litera untuk penggalangan dana literasi

Sekilas menggamit Subalternian, komunitas ini berangkat dari keresahan tim Penerbit Subaltern, yang memproyeksikan buku tak hanya lahir dari akademisi atau serupa tapi juga perlunya ketersediaan akses untuk para penulis di berbagai daerah untuk menerbitkan bukunya.

Akses tersebut melalui pengembangan SDM melalui komunitas yang akan disupport oleh Penerbit Subaltern. Sederhananya dari menanamkan minat baca, menulis hingga bisa terbit. Sehingga ketika terbit maka akan menjadi bagian usaha mandiri berbagai komunitas yang merangkul potensi dalam kepenulisan.

"Tapi mesti ditegaskan kembali bahwa untuk Bulukumba bukan lagi hal yang baru soal literasi, salah satunya Kedai Kopi Litera yang hari ini bisa menjadi patron kita menengok bagaimana gerakan literasi digalakkan dengan basis inklusi dan perpaduan berbagai sektor, salah satunya penjualan berbagai varian minuman dan sekarang berlanjut pada pengembangan podcast sebagai salah satu medium atau bentuk transformasi gerakan literasi," urai Arman di ujung bincang.***

 

 

 

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler