Kasus Pulau Rempang: Ada konspirasi investasi terselubung?

19 September 2023, 05:00 WIB
Bentrok aparat dengan warga di Pulau Rempang. /Kolase foto Instagram/@bersihkanindonesia dan Antara/Yude

WartaBulukumba.Com - Pulau Rempang, seribu cerita berdebur di antara gulungan ombak. Di sanalah gejolak warga merayap, suara-suara harap dan resah bergulir di bawah matahari terik. Tanah leluhur mereka, kisah sejarah dan pejuang, tengah terperangkap dalam pelukan konflik antara masa lalu, hari ini, dan masa depan.

Namun, di tengah kisruh dan kecemasan, alam tetap mempertahankan pesona pulau ini. Pantai berpasir putih memeluk lautan biru, hutan-hutan hijau merayakan kehidupan. Pulau Rempang terus menari di tengah badai gejolak warga, menunggu lembaran baru yang masih tersembunyi.

Namun benarkah di balik konflik agraria yang saat ini sedang mendera Pulau Rempang hingga Galang, ada konspirasi investasi terselubung?

Baca Juga: Kemelut Rempang: Legislator PKS sampaikan 5 tuntutan kepada pemerintah

Surat Terbuka Sri Eko Sriyanto Galgendu

Sepucuk surat terbuka Sri Eko Sriyanto Galgendu sedang beredar di ruang publik. Surat terbuka tersebut ditujukan kepada Presiden Jokowi yang salah satu intinya adalah untuk mengingatkan agar waspada terhadap konspirasi gelap dibalik investasi yang patut diduga sebagai invasi itu.

Sri Eko Sriyanto Galgendu adalah seorang tokoh dan budayawan asal Surakarta sebagai Ketua Umum dan salah satu pendiri dari Posko Negarawan serta Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia (GMRI).

GMRI didirikan Sri Eko Sriyanto Galgendu bersama para Bapak Bangsa seperti KH Abdurahman Wahid dan Pakubuwana XII.

Baca Juga: Kisruh Rempang: Pengamat peringatkan kemarahan rakyat kian meluas jika pemerintah tetap lakukan penggusuran

Salah satu bagian isi surat terbuka tersbut menyebutkan, rencana besar PT. Makmur Elok Graha (MEG) membuat para bandar besar menaruh curiga tentang kepentingan terselubung dibalik investasi besar tersebut. Akibatnya benturan antara bandar tidak dapat terhindari, bukan karena disebabkan investasi, tetapi tentang konspirasi gelap dibalik investasi yang bersifat invasi itu.

Jadi masalah pokok di Pulau Rempang, kata Sri Eko Sriyanto Galgendu yang juga dia tulis dalam bentuk "Surat Terbuka Kepada Presiden Joko Widodo" masalah pokoknya adalah konspirasi gelap di balik investasi yang disebutnya bersifat invasi tersebut.

"Karenanya, perebutan untuk menguasai jaringan penyelundupan internasional, narkoba dan perjudian serta jaringan miras hingga tempat hiburan dan prostitusi, sungguh sangat menggiurkan bagi para investor untuk menanamkan modalnya di Pulau Rempang," tegasnya.

Surat Terbuka berjudul "Telik Sandi Konspirasi Investasi Terselubung di Pulau Rempang dan Kewaspadaan Nasional" yang ditujukan Sri Eko Sriyanto Galgendu kepada Presiden Joko Widodo dan seluruh Rakyat Indonesia, dibacakannya di hadapan wartawan serta kesempatan podcast pada Senin, 18 September 2023.

Baca Juga: Media-media asing sorot konflik Rempang: Anak-anak menjadi korban, polisi menangkapi warga

Inti dari isi surat terbuka itu adalah rasa keprihatinannya atas conflic of interest yang terjadi di Pulau Rempang dan berlarut-larut sampai sekarang.

Kecuali itu juga, atas perintah Presiden Joko Widodo pula, Pulau Rempang itu harus segera dikosongkan paling lambat sampai 28 September 2023, sejak perintah itu dikeluarkan.

"Dampak terus berseliweran, ada statement para pejabat yang tidak pantas dan tidak patut dalam tutur katanya untuk menjadi konsumsi publik," kata Sri Eko Sriyanto Galgendu.

Bahkan ada pejabat yang tidak paham dengan duduk permasalahan yang sebenarnya, menurut Sri Eko Sriyanto Galgendu, ikut nimbrung berbicara masalah di Pulau Rempang yang sesungguhnya tidak sesederhana itu dari apa yang ada dibalik investasi konspirasi gelap itu.

Baca Juga: Konflik Rempang: UAS ungkap MoU terkait investasi dan berikan salam Perang Riau I dan II

"Lebih runyam lagi, conflict of interest ini, telah membuat para pejabat dan aparat dijadikan alat untuk dipakai dan diadu domba oleh pihak bandar-bandar besar yang sedang bertarung berebut kekuasaan bisnis di Pulau Rempang," ungkapnya.

Kepentingan Bandar Besar

Terjebaknya para pejabat dan aparat digunakan sebagai alat ini juga digunakan untuk kepentingan bandar besar yang lebih besar lagi dibalik kamuflase bisnis itu.

"Jadi sikap arogan hendak membolduser Penduduk Kampung Tua di Pulau Rempang itu tidak perlu terjadi. Karena memang tidak bijak dan tidak manusiawi, imbuh Sri Eko Sriyanto Galgendu. Karena menurutnya, inti dari "Surat Terbuka Kepada Presiden ini juga ingin menegaskan bahwa warga masyarakat Rempang tidak menolak investasi, tetapi menolak kepentingan "silent invasi" yang dibawa Tomy Winata dari China," kata Sri Eko Sriyanto Galgendu.

Jadi upaya 'Telik Sandi' ikut memantau masalah yang terjadi di Pulau Rempang, karena adanya indikasi dari benturan dalam pertikaian perebutan kekuasaan antara bandar yang telah lama berkuasa di Wilayah Kepulauan Riau dan sekitarnya, dengan bandar besar baru yang ingin memperluas wilayah invasinya di Indonesia.

Dalam surat terbuka itu, Sri Eko Sriyanto Galgendu menyebut dengan masuknya PT. Makmur Elok Graha (MEG) sebagai anak perusahaan PT. Artha Graha Network (AG Network) yang bekerjasama dengan Perusahaan Xinyi Glass Holding Ltd, untuk mendirikan pabrik produsen kaca terbesar kedua di dunia, setelah yang ada di China akan mengucurkan nilai investasi sebesar Rp 387 triliun.

Yang patut dicermati juga, ungkap Sri Eko Sriyanto Galgendu, gairah perebutan kekuasaan usaha bisnis di Batam dan sekitarnya itu, karena proyeksi strategis masa depan jika Ibu Kota Negara di Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur itu kelak terwujud. Maka posisi Kepulauan Riau dengan titik sentral Pulau Rempang, akan memiliki nilai bisnis sekaligus politis. Dan posisi Kepulauan Riau sendiri relatif dekat dengan Laut China Selatan yang telah berulang kali dipersengketakan.

Pembacaan surat terbuka yang langsung disampaikan oleh Koordinator Presidium Forum Negarawan di hadapan sejumlah wartawan ini, pun ditayangkan secara meluas melalui podcast dengan kata pembuka yang menyitir pepatah lama: perkelahian dua ekor gajah, telah membuat pelanduk mati di tengah pertarungan yang seru itu, kata lelaki asal Solo yang juga menjabat Ketua Umum Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia (GMRI) ini, dengan gaya teaterikalnya yang dramatis dan puitis.

"Konspirasi investasi Terselubung ini yang perlu diwaspadai. Maka itu, pemerintah mesti waspada dan hati-hati," kata Sri Eko Sriyanto Galgendu menegaskan lewat surat terbukanya. 

"Kecenderungan dari para bandar memang," imbuh pengusaha kuliner yang terbilang sukses di kawasan Jakarta Pusat ini.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler