Lebih dari sekadar menggugah imajinasi dan rasa ingin tahu kita tentang asal-usul, perjalanan, dan peradaban umat manusia.
Pemahaman dan interpretasi atas asal-usul manusia serta periode-periode sejarah yang telah terjadi merupakan hal yang kompleks.
Baca Juga: Perjalanan ruh, perbuatan kerabat-kerabatnya yang masih hidup ditampakkan di alam barzakh
Rekomendasi literatur
Konsep itu banyak dikutip dari Muhyiddin Ibnu Arabi dalam kitab "al-Futuhat al-Makkiyah" yang menyoroti konsep mengenai Adam dalam konteks yang lebih luas. Ibnu Arabi adalah seorang filsuf dan sufi terkenal, menyampaikan pemikiran yang menarik terkait dengan keberadaan Adam dalam banyak bentuk.
Ibnu Arabi menggambarkan pemahaman yang mendalam tentang makna keberadaan manusia dari perspektif spiritual dan metafisika.
Pandangan ini tidak hanya ditemukan dalam karya Ibnu Arabi tetapi juga dijelaskan dalam karya lain seperti "Da’irah Ma’arif" oleh Fatid Wajid dan "Al-Tawhid" oleh Ibnu Babawayh, yang semuanya merujuk pada riwayat dari Imam Ja'far Sadiq ra. Riwayat tersebut menyatakan bahwa Allah SWT menciptakan 100 ribu Nabi Adam.
Kisah Ibnu Arabi
Dalam kitab “al-Futuhat al-Makkiyah”, Jilid III, Bab 390, hal. 459, ref. Tafsir Kabir V, dikisahkan bahwa suatu hari beliau melihat diri beliau dalam mimpi sedang berthawaf di Ka’bah. Dalam mimpi itu beliau berjumpa dengan seseorang yang menyatakan dirinya sebagai leluhur beliau.
Penjelasan penciptaan Adam dalam Al Quran
Nabi Musa AS di Bukit Thursina
Pemahaman ada 100 ribu Nabi Adam menghadirkan konsep bahwa Adam bukan hanya sebagai satu individu tertentu yang pertama kali diciptakan, tetapi sebagai representasi dari manusia pada umumnya. Konsep ini membuka pemahaman akan eksistensi manusia dalam berbagai dimensi dan garis keturunan yang tidak terbatas pada satu individu.
Kapan Adam pertama diciptakan?
Jika benar ada 100 ribu Nabi Adam maka salah satu pertanyaan besar yaitu: kapan Adam paling pertama diciptakan? Apakah Adam yang lain semuanya diturunkan di sebuah planet yang sama atau justru disebarkan di berbagai planet yang berbeda?
Konsep Adam-Adam yang lain disebarkan di planet-planet yang lain menguatkan pendapat dan keyakinan tentang makhluk cerdas di luar Bumi atau alien.
Dalam ufologi, dikenal alien ras Nordic yang disebut-sebut sebagai keturunan Adam. Namun, jika benar ras Nordic adalah keturunan Adam, maka Adam yang mana?
Selain teori alien, ada yang mengemukakan bahwa 100 Adam disebar di semesta paralel. Nabi Adam AS diturunkan ke Planet Bumi, sementara Adam lainnya di planet-planet di galaksi yang jauh.
Secara matematis, jika menghitung dari Adam periode 10.000 tahun yang pertama hingga kepada Adam terakhir yang ke-10.000 maka akan didapat perhitungan berikut ini.
- Penemuan jembatan penyebrangan yang dikenal dengan nama Rama Bridge. Berdasarkan mitos tentang pasukan kera, ketika Sri Rama akan menyeberang ke Alengka. Jembatan ini setelah dites dengan kadar isotop ternyata sudah berumur 1,7 juta tahun.
- Penelitian oleh Richard Leicky, di tahun 1972, terhadap sedimen Pleistocene di daerah Old Govie Jourg, Kenya, Afrika, memperoleh kesimpulan telah ada peradaban umat manusia pada sekitar 1,7 juta tahun silam.
- Penemuan arkeologis fosil manusia purba “Pithecantropus Mojokertensis” di Mojokerto, Jawa Timur yang diperkirakan berusia 1,9 juta tahun.
- Penemuan arkeologis fosil manusia purba “Australopithecus Africanus” di Afrika Selatan yang diperkirakan berusia 2,5 - 3,5 juta tahun.Ditemukannya jejak kaki, yang diduga jejak kaki manusia, yang telah berumur sekitar 3,6 juta tahun, di Laetoli, Tanzania.
- Penemuan arkeologis tambang dan reaktor uranium tertua di daerah Oklo, Republik Gabon, Afrika, diketahui bahwa sudah ada kehidupan manusia modern sejak 2 milyar tahun yang lalu.
- Menurut perhitungan Ilmu Astronomi, Planet Bumi mulai terbentuk sekitar 4,5 milyar tahun yang lalu. Perhitungan menurut Ilmu Astronomi ini memiliki kesesuaian dengan perhitungan usia Planet Bumi sesuai hitungan “Kalpa” dalam ajaran Agama Hindu.
Penelitian, penggalian bukti arkeologis, literatur, dan pemikiran kritis memiliki nilai penting dalam warisan budaya dan agama. Menggabungkannya dengan temuan ilmiah dan penelitian arkeologis bisa memberikan sudut pandang yang lebih luas dalam memahami kompleksitas sejarah manusia.***