Sebelumnya, Menteri Infrastruktur Israel, Uzi Landau, mengatakan, sebanyak 7.5 juta jiwa rakyat Israel selama ini mendapat pasokan listrik berbahan bakar batubara dan gas alam impor dan lokal.
Ia mengatakan, sekalipun mampu membangun reaktor nuklirnya secara mandiri, Israel memilih bekerja sama dengan negara lain dalam mewujudkan ambisinya itu.
Landau mengatakan, Israel mampu membangun reaktor nuklir sipilnya itu tanpa pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) atau menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT).
Selama ini Tel Aviv bersikap ambigu dalam soal nuklir karena dia tidak membenarkan maupun menolak perihal kepemilikannya atas senjata nuklir.
Menjawab pertanyaan tentang bagaimana Israel membangun pembangkit listrik tenaga nuklirnya tanpa menandatangani NPT, Shaul Tzemach mengatakan, pemerintahnya memiliki beberapa opsi.
Salah satu opsinya adalah bekerja sama dengan negara penandatangan NPT, seperti Prancis, katanya.
Menurut Tzemach, pembangkit listrik tenaga nuklir pertama Israel yang akan dibangun di kawasan gurun pasir Negev bernama Shivta itu ditargetkan menghasilkan seribu hingga 1.500 megawat listrik.***