Mengapa Masjid Al Aqsa begitu istimewa bagi umat Islam?

1 November 2023, 21:50 WIB
Masjid Al Aqsa - Mengapa Masjid Al Aqsa begitu istimewa bagi umat Islam? /ANTARA/Xinhua/Chen Junqing

WartaBulukumba.Com - Datang dari sejarah panjang di timur jauh, Masjid Al Aqsa muncul dari bayangan-bayangan kelam ribuan peristiwa hingga peristiwa suci. Cahaya senja memeluk kubahnya yang indah, menciptakan gemerlap di sekitarnya. Langit biru pucat menjadi latar belakang yang sempurna bagi menara-menaranya yang menjulang gagah.

Suara adzan yang merdu mengalun lembut di udara, menyatu dengan keheningan sekitarnya. Sebaris orang-orang yang hening berlutut dalam doa, memenuhi ruang suci dengan ketenangan dan kehormatan.

Bau harum musky tembus dari karpet merah tua, memenuhi setiap sudut dengan kehangatan spiritual. Masjid Al Aqsa, sebuah khazanah kisah masa lalu yang mengalir dalam tiap batu dan hembusan anginnya.

Baca Juga: Zionis menutup Masjid Al Aqsa! Sebelumnya puluhan pemukim Israel melakukan provokasi

Memahami Masjid Al Aqsa dari Berbagai Perspektif

Sejumlah literatur bisa kita telusuri untuk menyingkap sejarah dan rahasia di seputar Masjid Al Aqsa. Salah satuny adalah buku berudul "Rahasia Di Balik Penggalian - Al Aqsha" yang ditulis Abu Aiman, penerbit: Ufuk Publishing House.

Buku ini membuka pintu ke dalam dunia misteri di sekitar penggalian yang terkait dengan Masjid Al Aqsa. Dalam 57 halaman yang penuh dengan rahasia, Abu Aiman mengungkapkan detail-detail yang menarik tentang sejarah, budaya, dan kebijakan yang mengelilingi salah satu tempat paling suci di Yerusalem Timur.

Penulis memandu pembaca ke dalam perjalanan yang membingungkan dan penuh teka-teki di sekitar Masjid Al Aqsa. Buku ini adalah jendela ke dalam penggalian bersejarah yang telah menciptakan misteri dan kekaguman selama berabad-abad.

Baca Juga: Sejarah awal mula Zionis merampas Negeri Palestina

Buku lainnya berjudul "Islam, Jews and the Temple Mount - The Rock of Our/Their Existence" yang ditulis Yitzhak Reiter, Dvir Dimant, penerbit: Taylor & Francis, terbit tahun 2020.

Buku ini membahas hubungan yang rumit antara Islam dan Yahudi, terutama sehubungan dengan Temple Mount. Yitzhak Reiter dan Dvir Dimant menjelajahi sejarah, aspek budaya, dan konflik yang melibatkan lokasi yang disebut "The Rock of Our/Their Existence". Buku ini memberikan wawasan yang mendalam tentang tempat suci ini dan konflik yang melingkupinya.

Masjid Al Aqsa di Yerusalem Timur, sebuah bagian dalam Kota Tua yang kini berada di bawah kendali Zionis 'Israel'. Masjid ini telah menjadi saksi bisu dalam sejarah perseteruan yang berkepanjangan, mengikuti perjalanan penganut tiga agama besar: Yahudi, Kristen, dan Islam.

Baca Juga: Mengenal Hamas di Palestina: Sunni atau Syiah? Ini metode perjuangan mereka melawan Zionis

Masjid Al Aqsa adalah bagian dari kompleks Al-Haram Asy-Syarif, atau Al-Quds, yang meliputi seluas 14 hektare tanah suci.

Di dalam kompleks ini, kita bisa menemukan Jami' Al Aqsa dengan kubah peraknya yang menakjubkan, serta Dome of The Rock, atau Qubbah Shakhra', yang dihiasi kubah berwarna emas, yang diyakini sebagai tempat Nabi Muhammad SAW berpijak dalam perjalanan Isra Mikraj. Namun, seringkali Dome of The Rock-lah yang keliru diidentifikasi sebagai Masjid Al Aqsa.

Salah satu pemicunya adalah pergerakan kaum Yahudi yang berusaha untuk beribadah di kompleks suci ini. Mereka menyebutnya 'Temple Mount' atau Bukit Suci.

Sejarah yang berlapis menambahkan kompleksitas permasalahan ini. Bait Suci pertama, dibangun oleh Sulaiman (Salomo) putra Dawud (Daud) pada tahun 957 SM, dihancurkan oleh Babilonia pada 586 SM. Kemudian, Bait Suci kedua, dibangun pada tahun 516 SM, dihancurkan oleh Kekaisaran Romawi pada tahun 70 M.

Batu Pijakan Nabi Muhammad SAW Saat Isra Mi'raj

Selain itu, para penganut Yahudi dan Kristen juga meyakini bahwa tempat ini adalah tempat peristiwa penting dalam sejarah agama mereka, seperti peristiwa Ibrahim (Abraham) yang hendak menyembelih putranya, Ismail.

Namun, perjalanan Masjid Al Aqsa menjadi lebih menarik saat Islam mengambil alih kepemimpinan Yerusalem pada tahun 637. Saat itu, Khalifah Umar bin Khaththab memimpin pengambilalihan kota ini dari tangan Romawi Timur. Dia menemukan kompleks reruntuhan Bait Suci, yang sudah dalam keadaan terbengkalai bahkan digunakan sebagai tempat pembuangan sampah.

Namun, keajaiban sejarah hadir ketika Umar menemukan Batu Fondasi, atas bantuan Ka’b Al Ahbar, seorang Yahudi yang telah memeluk Islam. Batu ini diyakini sebagai tempat pijakan Nabi Muhammad dalam perjalanan Isra Mikraj dalam kepercayaan umat Islam, dan juga sebagai tempat Nabi Ibrahim hendak menyembelih anaknya, Ishaq, dalam kepercayaan umat Yahudi.

Al Ahbar mengusulkan untuk membangun masjid di sebelah utara batu tersebut, sehingga umat Islam bisa menghadap Ka’bah dan batu tersebut dalam satu garis lurus saat shalat. Namun, Umar memilih untuk membangun masjid di selatan batu, menjunjung tinggi hubungan sejarah dan spiritualitas yang melingkupinya.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler