WartaBulukumba.Com - Sekeping kisah memilukan dari Gaza, Wafaa al-Khalidi sering mendengar anak-anaknya menangis karena lapar. Di awal genosida, Wafaa dan anak-anaknya melarikan diri dari rumah mereka di Beit Hanoun, utara Gaza.
Dalam kisah yang dipaparkan situs Electronic Intifada pada Kamis, 7 Maret 2024, keluarga ini berlindung di sebuah sekolah yang dijalankan oleh badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA). Mereka tetap di sana meskipun Israel memerintahkan orang-orang di utara Gaza untuk pindah ke selatan.
Ketika tepung menjadi sangat langka, Wafaa membuat roti menggunakan biji burung. Dia harus menggiling biji-biji itu dengan batu.
Wafaa, berusia 44 tahun, adalah seorang janda. Suaminya meninggal empat tahun yang lalu. Lima anaknya berusia antara 15 hingga 5 tahun.
"Anak-anak saya telah kehilangan banyak berat badan," katanya. "Imunitas mereka terhadap penyakit lemah."
Suatu hari, dia mencari makanan di rumah-rumah yang telah ditinggalkan oleh orang-orang yang mengungsi. Yang bisa dia temukan hanyalah "beberapa roti tua berjamur" dan beberapa daun dari pohon.
Akhirnya, Wafaa merasa bahwa dia harus pergi ke selatan. Dia dan anak-anaknya harus melewati pasukan Israel sebelum tiba di kota Deir al-Balah. Di sepanjang tepi laut Deir al-Balah, dia bertemu dengan keluarga lain, yang membantunya merakit tenda. Keluarga itu memberi makan Wafaa dan anak-anaknya.
"Rasanya seperti mimpi yang akhirnya menjadi kenyataan," kata Wafaa. "Anak-anak saya sangat bahagia. Mereka menolak untuk makan apa pun selain roti karena mereka telah mendambakannya selama lebih dari dua bulan."