Mimpi Muhammad Qasim: Perang Dunia ke 3 diawali kebrutalan Zionis 'Israel' tak henti di Palestina

- 24 Februari 2024, 05:00 WIB
Kondisi Gaza bak kota mati.
Kondisi Gaza bak kota mati. / /x.com/@UNRWA

Dalam konteks budaya dan agama, mimpi seringkali dianggap sebagai media komunikasi antara manusia dengan dimensi yang lebih tinggi. Dalam Islam, mimpi dianggap sebagai salah satu dari tiga bagian kenabian. Oleh karena itu, mimpi Muhammad Qasim ini bukan hanya dianggap sebagai bunga tidur biasa, melainkan sebagai sebuah peringatan, atau bahkan prediksi tentang masa depan yang suram.

Melalui jendela mimpi Qasim, kita diajak untuk memandang dunia dari sudut pandang yang berbeda, mempertanyakan realitas yang kita anggap pasti, dan merenungkan masa depan umat manusia. Cerita ini, yang akan kita urai dalam bab-bab berikutnya, bukan hanya sekadar narasi tentang perang dan konflik, melainkan juga tentang kepercayaan, harapan, dan refleksi atas kemanusiaan kita.

Baca Juga: Mimpi Muhammad Qasim: Dajjal muncul setelah Perang Dunia ke 3 'Armageddon'

Di dalam keheningan malam, Muhammad Qasim dibawa melintasi lorong waktu ke sebuah skenario yang mencekam. Mimpi pertamanya memaparkan awal mula dari sebuah konflik besar yang berpusat di Timur Tengah, sebuah wilayah yang telah lama menjadi palagan pertikaian dan ambisi politik.

Dalam mimpi tersebut, Israel tampak mempercepat aktivitasnya di sekitar Palestina. Suatu bangunan, monumental dalam arti dan tujuannya, mulai direncanakan dan dibangun di wilayah yang sarat dengan sejarah dan ketegangan. Bangunan ini bukan sekadar struktur fisik, melainkan simbol dari dominasi dan aspirasi Zionis. Ketegangan yang sudah lama mengendap, kini semakin menguat, menandai babak baru dalam konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina.

Reaksi umat Islam di seluruh dunia, terhadap langkah berani Israel ini, adalah protes yang meluas namun tidak berdaya. Dari kota-kota besar di Timur Tengah hingga ke sudut-sudut dunia lainnya, suara penentangan berkumandang, namun semua itu seakan sia-sia. Dalam mimpi Qasim, ini adalah gambaran dari sebuah keputusasaan kolektif, di mana umat Islam merasa terpojok dan tidak mampu berbuat lebih dari sekadar menyuarakan ketidaksetujuan mereka.

Mungkin, seperti yang digambarkan dalam mimpinya, bangunan itu akan didirikan di dekat Al-Aqsha, salah satu situs paling suci dalam Islam. Namun, hanya Tuhan yang Maha Mengetahui. Pesan yang ingin disampaikan melalui mimpi ini tampaknya adalah tentang ketidakberdayaan umat Islam dalam menghadapi tindakan agresif yang dilakukan oleh Israel, sebuah pesan yang menggugah dan sekaligus mengkhawatirkan.

Mimpi ini bukan hanya tentang konstruksi fisik, tetapi lebih pada pembangunan ketegangan dan permulaan dari sebuah perang yang jauh lebih besar. Ini adalah sebuah gambaran yang tidak hanya berakar pada ketakutan dan kekhawatiran, tetapi juga pada realitas politik yang kian memanas di Timur Tengah.

Eskalasi Konflik dan Pengaruh Global

Dalam perjalanan malamnya yang misterius, Muhammad Qasim menemukan dirinya terhanyut dalam mimpi kedua, sebuah mimpi yang menggambarkan eskalasi dramatis dari konflik yang telah dimulai. Mimpi ini mengungkapkan bagaimana sebuah peristiwa lokal dapat memicu gelombang kekacauan yang mencakup skala global.

Dalam visinya, sebuah ledakan besar terjadi di bawah bangunan yang dibangun Israel di Palestina. Ledakan ini bukan hanya meruntuhkan struktur fisik, tetapi juga menciptakan badai debu metaphoris yang menyebar luas, membawa kehancuran ke seluruh Timur Tengah. Negara-negara Arab seperti Sudan, Arab Saudi, Suriah, Iraq, Qatar, dan Dubai, digambarkan mengalami dampak dahsyat dari ledakan tersebut. Bangunan-bangunan besar hancur, menyimbolkan runtuhnya stabilitas dan keamanan di wilayah tersebut.

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah