Hari Kesehatan Mental Sedunia dari pojok sejarah

10 Oktober 2023, 12:30 WIB
Ilustrasi - Hari Kesehatan Mental Sedunia /Pixabay /

WartaBulukumba.Com - Hari ini Selasa, 10 Oktober 2023, bertepatan dengan Hari Kesehatan Mental Sedunia, kita mungkin melupakan bahwa di sekitar kita, di sudut-udut gelap dan pengap kota, tersembunyi kebingungan jiwa, terdapat seorang individu yang berjalan melalui lorong waktu yang penuh dengan kegelapan yang tak terlihat oleh mata manusia biasa.

 

Tersembunyi dalam kompleksitas batin manusia, sebuah kisah yang tak pernah terungkap sepenuhnya. Faktanya, dunia sejak dahulu telah menghadapi tantangan tak terlihat—masalah kesehatan mental. 

Saat bertemu dengan seseorang yang mengalami masalah kesehatan mental, dia hanya salah satu dari jutaan orang yang setiap tahunnya berjuang dalam ketidakpastian, ketakutan, dan kerumitan batin yang tak terduga. 

Baca Juga: Hari Vegetarian Sedunia 1 Oktober: Mengenal perbedaan antara vegetarian dan vegan

Sejarah World Mental Health Day

Dikutip dari situs web resmi World Federation for Mental Health (WFMH), sejarah Hari Kesehatan Mental Sedunia bermula pada tahun 1992. Federasi Dunia untuk Kesehatan Mental (World Federation for Mental Health) membangun upaya-upaya untuk meningkatkan pemahaman tentang kesehatan mental di seluruh dunia. Setiap tahun, tema berbeda dipilih untuk menekankan aspek-aspek khusus dari kesehatan mental.

Hari Kesehatan Mental Sedunia, atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai "World Mental Health Day," dirayakan setiap tahun pada tanggal 10 Oktober. Ini adalah kesempatan global untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental dan menghilangkan stigma yang masih terkait dengan gangguan mental. Hari ini juga memberikan dukungan kepada individu yang mungkin mengalami masalah kesehatan mental.

Ketika malam-malam terasa lebih pekat dan misterius, dalam tahun yang tak dapat terlupakan, pada tahun 1992, sebuah konsep baru lahir di benak Richard Hunter.

Baca Juga: Hari Persahabatan Internasional setiap 30 Juli: Sejarah dan cara merayakannya

Ia, sebagai Wakil Sekretaris Jenderal dari Federasi Dunia untuk Kesehatan Mental (WFMH), menjadi pemrakarsa Hari Kesehatan Mental Sedunia. Hunter melahirkan gagasan yang akan menggema di seluruh dunia.

Tidak ada tema yang menyertai perayaan perdana hari tersebut. Hari itu, pada 10 Oktober 1992, adalah tentang mengirimkan pesan penting kepada dunia: Kesehatan Mental adalah harta berharga yang harus kita jaga bersama. Ini adalah panggilan untuk menyebarkan kebijaksanaan, untuk membela hak setiap individu atas kesehatan mental yang layak.

Sejak awal, misi ini bukan hanya tentang memberikan dukungan bagi mereka yang menghadapi tantangan kesehatan mental, tetapi juga tentang mendidik masyarakat dunia. Hari Kesehatan Mental Sedunia adalah ajakan untuk lebih peduli, lebih peka terhadap permasalahan yang tersembunyi di dalam benak kita.

Baca Juga: Melacak sejarah Hari UFO Sedunia 2 Juli: Fenomena misterius di langit Washington DC yang menggemparkan

Pada tahun 1994, tema pertama kali muncul: "Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Mental di Seluruh Dunia." Dunia menyadari bahwa kesehatan mental bukanlah sekadar tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab bersama untuk memberikan pelayanan yang memadai.

Tiga tahun pertama, siaran visual menjadi senjata utama dalam upaya penyebaran pesan ini. Gambar-gambar dan pesan-pesan menggugah hati dipancarkan kepada dunia, menyoroti betapa pentingnya kesehatan mental dalam kehidupan kita. Negara-negara di seluruh dunia menanggapi dengan positif, bahkan membentuk kampanye nasional demi menyelesaikan tantangan yang sama.

World Health Organization (WHO) juga turut berperan dalam mendukung gerakan WFMH. Mereka memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan komunikasi dan teknis yang diperlukan untuk peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia.

Kesehatan mental, sebagaimana tercermin dalam perjalanan Hari Kesehatan Mental Sedunia, mencakup banyak aspek dalam kehidupan kita. Ini bukan sekadar tentang emosi, psikologi, atau hubungan sosial. Ini adalah tentang bagaimana kita berpikir, membuat keputusan, bertindak, dan hidup.

Dalam dunia yang seringkali penuh dengan tantangan dan tekanan, perasaan bersalah yang berlebihan, kesedihan yang tak berkesudahan, atau kemarahan yang terus-menerus dapat menghampiri siapa saja.***

Editor: Sri Ulfanita

Tags

Terkini

Terpopuler