Di balik manisnya nira Bulukumba: Jejak di kebun aren Desa Bonto Haru Rilau Ale

- 5 Juni 2024, 18:32 WIB
Di balik manisnya nira Bulukumba: Jejak di kebun aren Desa Bonto Haru Rilau Ale
Di balik manisnya nira Bulukumba: Jejak di kebun aren Desa Bonto Haru Rilau Ale /WartaBulukumba.Com

Dengan tangkas, seorang petani penyadap memanjat pohon setinggi lebih dari 12 meter, hanya dengan bantuan tangga kayu yang dirakit seadanya namun terlihat kokoh.

Proses penyadapan nira aren terlihat sederhana, namun memerlukan keahlian dan ketelitian yang tinggi. Dengan parang di tangan, petani itu membuat sayatan halus pada bagian pohon yang telah siap mengeluarkan nektar.

“Ini harus hati-hati, kalau terlalu dalam, bunganya bisa rusak,” tutur Kamaruddin.

Nira yang berhasil disadap kemudian ditampung dalam sebuah wadah yang terbuat dari bambu, dipasang di bawah sayatan.

Baca Juga: Harmoni hijau dan manis di DAS Balangtieng: Kisah Dana Mitra Tani dan petani gula aren di Bulukumba

Lebih dari sekadar tradisi menyadap nira

Menurut Ismail Tismin, penyadapan aren tidak hanya sekedar mencari nira.

“Ini soal tradisi dan keberlanjutan, aren ini memberi kehidupan bagi banyak keluarga di sini. Selain itu, keberadaannya juga penting untuk menjaga keseimbangan ekologi di kawasan ini,” tuturnya.

Ketika nira sudah berhasil dikumpulkan, proses selanjutnya adalah mengolah nira menjadi gula aren, yang merupakan sumber pendapatan utama bagi kebanyakan petani di sini.

Prosesnya dilakukan di sebuah pondok kecil di tepi kebun. Di dalamnya, terdapat dua buah tungku besar dengan panci raksasa di atasnya. Nira yang telah dikumpulkan dituang dan dimasak selama beberapa jam.

“Memasak nira ini butuh kesabaran. Harus terus diaduk agar tidak hangus dan kualitas gula yang dihasilkan bisa bagus,” jelas Sri Puswandi saat ikut mengaduk nira di atas tungku.

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah