"Kegiatan ini juga merupakan bagian integral dari program mereka untuk mengembangkan dan mendampingi komunitas petani gula merah," terang Sri Puswandi kepada WartaBulukumba.Com pada Sabtu, 13 Januari 2024.
Mengapa fokus pada petani gula aren? Jawabannya terletak pada signifikansi gula aren sebagai produk lokal yang berpotensi besar dalam perekonomian daerah.
"Dana Mitra Tani melihat ini sebagai peluang untuk mengintegrasikan praktek pertanian yang berkelanjutan dengan pelestarian ekosistem DAS Balangtieng," jelasnya.
Dengan bantuan dari Global Environment Facility - Small Grants Programme (GEF-SGP), Yayasan Bina Usaha Lingkungan, dan United Nations Development Programme (UNDP), mereka mampu membawa visi ini menjadi kenyataan.
Pendidikan ini tidak semata-mata teori. Di setiap kelas, yang diikuti oleh 30 petani dari empat desa, para peserta diajak untuk memahami bagaimana perubahan iklim secara langsung mempengaruhi kehidupan dan keberlanjutan usaha mereka.
Proklim KLHK
Muhammad Ardi Nur, S.Kel, M.Si dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kabupaten Bulukumba, membawa wawasan dan pengalaman langsung dalam pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, memberikan panduan praktis dan aplikatif kepada para petani.
Selain itu, Dana Mitra Tani juga mempersiapkan beberapa desa untuk terdaftar dalam Program Kampung Iklim (Proklim) yang diinisiasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia. Kolaborasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Bulukumba membuka jalan bagi implementasi program ini secara efektif.
Inisiatif Dana Mitra Tani ini lebih dari sekadar pelatihan; ini adalah upaya untuk membangun kesadaran dan kapasitas di tingkat akar rumput.