Network
WartaBulukumba - Di laut Bulukumba, tersembunyi kekayaan yang menakjubkan. Dalam samudra biru, ikan tuna menari-nari, melambai dalam keanggunan ombak yang bergulung-gulung. Terumbu karang berbinar-binar, menjadi rumah bagi beragam kehidupan laut yang menakjubkan.
Nelayan Bulukumba dengan hati penuh keyakinan menatap cakrawala, mencari rejeki dari lautan yang murah hati. Di tengah kesederhanaan dan keagungan, terbuka jendela dunia yang mempesona, di mana kekayaan ikan tuna melambangkan kehidupan yang luar biasa di laut Bulukumba. Namun sayang, sampai detik ini ikan tuna hanya beredar di pasar lokal Indonesia.
Padahal jika diekspor ke luar negeri seperti Jepang harganya bisa lebih tinggi dengan syarat kualitasnya harus grade A dan B. Kabupaten Bulukumba dan sekitarnya adalah daerah penghasil tuna di Provinsi Sulawesi Selatan.
Baca Juga: Aktivis 98 Bang Philip berdayakan petani Bulukumba melalui perusahaan porang
Tidak memenuhinya syarat ekspor ikan tuna dan ikan lainnya ke luar negeri karena kualitas setelah tangkapan nelayan pada umumnya hanya pada level grade C dan D.
Misalnya harga tuna grade A harganya 135 ribu per kilogram, tapi karena selama ini kualitas hasil tangkapan hanya mampu di grade D dan C saja sehingga harganya juga paling tinggi hanya 45 ribuan per kilogram.
Perbedaan kualitas ikan ini menjadi persoalan yang dihadapi bagi para nelayan atau pengusaha ikan di Indonesia jika ingin mengekspor ikan. Ini pun menjadi topik pembahasan pada pertemuan Bupati Bulukumba Andi Muchtar Ali Yusuf di Jepang.
Dalam lawatannya ke negeri Sakura ini, Andi Utta sapaan akrab Bupati menghadiri presentasi alat teknologi baru pendingin ikan (flash freeze system) di kapal atau di pelabuhan. Andi Utta datang ke Jepang bersama koleganya dari Singapura, Mr. Calvin.
