WartaBulukumba.Com - Airnya sudah dangkal. Namun sumur kecil itu masih menjadi harapan bagi sebagian warga di kampung ini, bagian utara Kabupaten Bulukumba yang juga didera kekeringan dan krisis air bersih.
Tidak ada pilihan lain. Para warga di Desa Swatani, Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba, Sulsel ini harus mengambil alternatif lain untuk mencuci, bahkan minum dan memasak.
Sinar matahari terik melukai tanah tandus, menciptakan lanskap kering yang tak berujung di pedalaman Bulukumba. Musim kemarau telah menggenggam sungai-sungai dan sumur-sumur kehidupan di pelosok desa-desa seperti Swatani.
Baca Juga: Angka kemiskinan di Bulukumba menurun tapi kian banyak pemudanya ke Morowali dan Malaysia
Seorang penduduk Desa Swatani, Firman Djamal, menggambarkan masa-masa kejayaan sungai-sungai itu.
"Dulu, sungai-sungai di sekitar desa kami selalu mengalir sepanjang tahun. Kami mengandalkan air dari sungai untuk segala kebutuhan sehari-hari, mulai dari memasak hingga mandi," suaranya menyiratkan nostalgia, merindukan zaman ketika sungai-sungai itu adalah arteri kehidupan bagi komunitasnya.
Namun, ketika kemarau panjang melanda, sungai-sungai yang dulu deras mengalir, kini menyisakan dasar sungai yang retak dan kering. Masyarakat Desa Swatani seperti Firman Djamal harus menempuh perjalanan jauh ke hulu sungai untuk mencari air bersih yang menjadi kebutuhan mendasar mereka.
Baca Juga: Menyusuri Bulukumba dari cara warga Desa Salassae merawat lingkungan