Menelusuri Bulukumba dari hutan hingga 'back to nature'

- 10 Maret 2023, 16:48 WIB
Ilustrasi hutan karet yang dikelola PT Lonsum Bulukumba.
Ilustrasi hutan karet yang dikelola PT Lonsum Bulukumba. /WartaBulukumba.com/Alfian Nawawi

 

Pola produksi atau penanaman tegakan hutan yang umum dilakukan di Bulukumba adalah polikultur atau agroforestry, dengan menanam jenis kayu perdagangan seperti Sengon, Mahoni, Gmelina, Bitti, Suren dan Jati, yang bercampur dengan tanaman jenis MPTS (multi purpose tree) seperti rambutan, durian, dan mangga. Selain itu, masyarakat juga menanam tanaman perkebunan seperti cokelat, petai, kopi, dan cengkeh. Luasan rata-rata lahan yang dimiliki petani antara 0,5 hingga 1 ha.

Meskipun demikian, ada beberapa titik lokasi lahan di beberapa kecamatan yang menerapkan sistem monokultur atau menanam satu jenis tanaman seperti tegakan jenis Jati Super, Jati Putih (Gmelina), dan Sengon dengan luasan rata-rata 0,5 hingga 1 ha per pemilik petani.

Pola produksi atau penanaman yang dilakukan petani sangat dipengaruhi oleh berbagai program pembibitan dan penanaman dari pemerintah, seperti program Gerakan Nasional Rehabilitasi Lahan, program One Man One Tree, Kebun Bibit Rakyat, dan kegiatan pendistribusian bibit yang dilakukan oleh pihak perusahaan kayu.

Baca Juga: Menyesap Bulukumba dari secangkir kopi: Liberica yang langka hanya tumbuh di Desa Anrang

Sebaran permintaan kayu rakyat terbesar ada pada kecamatan Kajang, Herlang, dan Bontotiro, yang ditandai dengan banyaknya jumlah titik pengumpulan kayu. Sementara pada tiga kecamatan tersebut, rata-rata terdapat 15 hingga 30 titik pengumpulan kayu.

Jumlah volume rata-rata pengangkutan kayu ke sawmill kecil sebesar 4 hingga 5 m3 dengan intensitas pengangkutan rata-rata 2 hingga 3 kali per minggu, sehingga rata-rata besaran volume angkut mencapai 40 m3 per bulan.

Jika dikalkulasikan jumlah sawmill kecil sebanyak 50 sawmill, maka permintaan kayu sebesar 2.000 m3 per bulan atau 24.000 m3 per tahun. Sedangkan untuk industri primer besar yang jumlahnya 10 industri, rata-rata permintaan kayu per bulan sebesar 150 m3 dengan kalkulasi 1.500 m3 per bulan atau 18.000 m3 per tahun.

Baca Juga: Melihat Bulukumba dari pinggir: Palampang 'kampung pejuang'

Bibit Unggul hingga Back To Nature

Halaman:

Editor: Sri Ulfanita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x