Sepotong surga di wisata pegunungan Bulukumba: Mengisi libur panjang dengan Senandung Kopi Kahayya

- 28 Juni 2024, 09:19 WIB
Kahayya dilihat dari angkasa
Kahayya dilihat dari angkasa //jadesta.kemenparekraf.go.id

WartaBulukumba - Menemui Kahayya adalah berarti merengkuh 'sepotong surga' yang diletakkan Sang Maha Pencipta di sebuah lereng pegunungan di Kabupaten Bulukumba.

Desa Kahayya adalah sebuah desa sejuk yang terletak di lereng Gunung Bawakaraeng yang mengitari Sulawesi Selatan.

Bulukumba beruntung memilikinya. Ada tiga dusun yang ramah di sini yakni Dusun Kahayya, Dusun Gamaccayya, dan Dusun Tabbuakkang.

Baca Juga: Menyusuri pesona dan sensasi Jembatan Kaca di Tanjung Bira Bulukumba: Melangkah di atas samudra

Kopi Kahayya

Pintu masuk Gunung Bawakaraeng adalah Dusun Tabbuakkang jika memilih jalur pendakian melalui Kabupaten Bulukumba, jazirah paling selatan di ujung Sulawesi Selatan.

Selalu banyak cerita-cerita menyenangkan yang dibawa orang-orang yang pernah menemuinya. Yang paling sering dikisahkan dari sana biasanya ada tiga perihal. Yakni dingin udaranya, cantik alamnya, dan nikmat kopinya. 

Kopi Kahayya mulai dirindukan dan dicintai banyak penikmat kopi dari berbagai penjuru sejak satu dekade terakhir. 

Baca Juga: Mengisi libur panjang di surga tersembunyi Bulukumba: Menyelami keindahan Telaga Biru Ere Manerang

Meneguk kopi yang berasal dari Kahayya maka yang selintas terasa di lidah adalah rasa rempah.

Aromanya tajam dan bisa menimbulkan ekstase tersendiri bagi indera penciuman. Kopi di Kahayya memang ditanam di tengah-tengah perkebunan warga yang menanam cengkeh, merica, dan berbagai rempah lainnya. Kondisi ini yang kemudian membuat kopi dari Kahayya memiliki rasa yang khas. 

Bahkan lidah kita bisa mencecap rasa yang sedikit pedas saat meneguknya. Sensasi rasa dan aroma inilah yang kemudian menjadikan banyak penikmat kopi selalu merindukan Kopi Kahayya.

Baca Juga: Yuk mengisi libur panjang di Bulukumba: Desa ini pemilik empat destinasi wisata menakjubkan

Penduduk setempat menyadari desa mereka menyimpan potensi besar itu. Sejak tiga tahun ini bertumbuhanlah kelompok-kelompok tani di Desa Kahayya.

Saat ini sedikitnya ada empat kelompok tani yang membudidayakan, mengolah, dan memproduksi Kopi Kahayya.

Dari empat kelompok tani itu sedikitnya lahir tujuh brand Kopi Kahayya.

Mereka lalu menjalani kisah-kisah beraroma kopi. Selain kopi, tembakau Kahayya pun kini juga mulai banyak dilirik.

Tanaman kopi milik keluarganya sekitar 200 pohon yang tersebar di perbukitan Kahayya yang juga adalah kaki Gunung Bawakaraeng dan Gunung Lompo Battang, rata-rata mampu menghasilkan dua ton kopi saat panen di musim kemarau.

Namun saat musim hujan, produksi yang diperoleh hanya setengah dari kondisi saat kemarau. Jenis kopi Robusta yang dikembangkan di Kahayya ini sebenarnya sudah ada sejak zaman Kolonial Belanda sekitar 1930 M, sedangkan jenis kopi Arabica pertama kali dikembangkan di Kahayya pada 1980 M.

Karena keandalan kopi di desa ini, maka berdasarkan sejarahnya, penamaan Desa Kahayya berasal dari kata "Kaha" yang berarti kopi, sedangkan tambahan "ya" sebagai kepunyaan kita.

Dengan demikian, kampung atau desa Kahayya artinya "kampung kopi milik kita". Karena itu tidak mengherankan jika Desa Kahayya menjadi desa wisata kopi. 

Kopi yang dikembangkan di Desa Kahayya setidaknya dapat memenuhi empat sisi kriteria, penampakan biji, aroma, karakter dan cita rasanya, bahkan penyajiannya.

Kopi yang dipetik rata-rata sudah sesuai umur petiknya, menjemur dan menyangrai biji kopinya juga sesuai standar, sehingga kualitas kopinya menjadi perhitungan pangsa pasar dalam dan luar negeri.***(Israwaty Samad)

Editor: Nurfathana S


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah