Menyibak sederet fakta Desa Ara di Kabupaten Bulukumba, salah satu lokasi KKN Unhas Makassar

- 6 Juli 2023, 17:54 WIB
Tebing Apparalang, salah satu destinasi wisata memukau di Desa Ara, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba.
Tebing Apparalang, salah satu destinasi wisata memukau di Desa Ara, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba. /Dok. Kemenparekraf

WartaBulukumba - Awal mula pelayaran Pinisi Bulukumba tentu saja dimulai dari Desa Ara, lantaran di desa inilah perahu-perahu legendaris dibuat penuh cinta oleh para pengrajin perahu atau dikenal dengan "Panritalopi".

Desa Ara di Kecamatan Bonto  Bahari sejak zaman lampau telah merengkuh kekayaan budaya dan kearifan lokal di timur Bulukumba. Meliuk-liuk melalui seni ukir anjong dan teba, gemulai tarian Salonreng Ara, kesenian Gong dan tunrung gandrang.

Salah satu lokasi KKN Unhas Makassar di Kabupaten Bulukumba pada Juli 2023 ini adalah Desa Ara di Kecamatan Bonto Bahari.

Baca Juga: Menjelajahi pesona hutan bakau di Bulukumba: Wisata Mangrove Luppung Manyampa

Di tengah cerminan Laut Teluk Bone, terdapat potensi wisata yang membentang mulai Tebing Apparalang, Pantai Mandala Ria, dan Gua Passohara.

Dalam beberapa tahun terakhir, Desa Ara telah menjadi destinasi wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan dari dalam dan luar negeri. 

Di bagian timur Desa Ara, terdapat deretan batu cadas yang kokoh, terhempas oleh ombak lautan. Sementara itu, panorama hutan adat yang luas menjaga pepohonan dengan turun-temurun tanpa aturan tertulis, menciptakan pemandangan yang memukau.

Di sisi barat, topografi terjal menantang angin pantai yang menambah keindahan Desa Ara yang dihiasi oleh angin sepoi-sepoi.

Baca Juga: Menapaki Tandabaca: Geliat ekowisata dan edu tourism Bulukumba 900 meter di atas permukaan laut

'Bumi Panritalopi 'bukan 'Butta Panrita Lopi'

Dari Desa Ara, Bulukumba mulai termasyhur dengan julukan Bumi Panritalopi, yang berarti negeri para ahli pembuat perahu Pinisi.

Keahlian ini diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda dunia pada tahun 2017. Pembuatan perahu Pinisi merupakan kebanggaan masyarakat Desa Ara, karena perahu ini telah menjadi armada jembatan penghubung di Nusantara. bahkan dunia.

Buku "Inspiring Bulukumba" yang ditulis Alfian Nawawi (Pemred WartaBulukumba.com, red.)adalah buku pertama yang menuliskan istilah  'Bumi Panritalopi' dengan cara penulisan yang benar," seperti dinukil dari 'Pengantar Penyunting'  editor Sri Ulfanita, dalam buku yang berhasil merekam 31 jejak tokoh inspiratif di Bumi Panritalopi tersebut.

Baca Juga: Sepotong surga tersembunyi di Kabupaten Bulukumba: Pesona hutan bakau Luppung Manyampa

Disebutkan bahwa istilah 'Bumi Panritalopi' dicetuskan pertama kali oleh salah satu tokoh masyarakat dan seniman di Desa Ara, bernama Jafar Palalwang.

Menurut Jafar Palawang, cara penulisan 'Butta Panrita Lopi' yang dilakukan pemerintah dan media dan lain-lainnya selama ini di mana 'Panrita' dan 'lopi' ditulis secara terpisah itu merupakan kekeliruan besar.

Pada tahun 2011, Alfian Nawawi mendengarkan penuturan secara langsung Jafar Pallawang dalam sebuah acara di Desa Ara. Jafar Pallawang menerangkan bahwa kata "Panrita" dan "lopi" memang bersambung karena tidak diserap dari Bahasa Indonesia yang baku. Jika "Panritalopi" ditulis bersambung maka itu menegaskan makna dan filosofi yang mendalam tentang tanah pengrajin perahu Pinisi. 

Sedangkan kata "Bumi" menegaskan tentang diaspora Bugis Makassar. Hal itu juga menegaskan bahwa "Bumi" sebagai tempat yang luas, persebaran, migrasi, namun tetap membawa identitas Panritalopi.  Lagipula secara historis, perahu Pinisi dibuat oleh orang Desa Ara, dipesan oleh orang Bone, dan mengangkut orang Luwu.

Baca Juga: Buhung Labbua di Bontotiro Bulukumba: Mata air abadi dari tongkat Dato ri Tiro

Jika menggunakan kata "Butta" maka esensinya sangat terbatas pada satu kawasan yang sangat sempit dan tidak pernah memengaruhi dunia dari segi sosial kultural.

Sejarah Desa Ara

Desa Ara memiliki sejarah yang kaya dan panjang, dengan perubahan kepemimpinan dan perubahan wilayah yang menggambarkan perjalanan yang menarik dari masa ke masa.

Menakik laman resmi Desa Lembanna, sebuah desa hasil pemekaran dari Desa Ara, di Lembanna.desa.id, tersibak fakta bahwa pada tahun 1962, Distrik Ara dibagi menjadi dua desa, yaitu Desa Tinadung yang dipimpin oleh Daeng Pasau dan Desa Lembanna yang dipimpin oleh Akhmad Tiro.

Baca Juga: Memburu Matahari dan direngkuh tangan alam di Bulupadido Bulukumba

Namun, pada tahun 1967, Desa Ara Tinadung dan Desa Lembanna digabung kembali menjadi Desa Ara di bawah kepemimpinan H. Mustari. Desa Ara terdiri dari empat dusun, yaitu Dusun Martin, Dusun Bontona, Dusun Pompantu, dan Dusun Lambua.

Pada tahun 1971, Mustari mengundurkan diri sebagai Kepala Desa Ara menjelang Pemilihan Umum I. Pemerintah Orde Baru mengharuskan seluruh Kepala Desa dan perangkat Pemerintahan untuk bergabung dengan Golkar. Mustari memilih untuk mundur, dan sebagai penggantinya, Daeng Pasau diangkat sebagai Kepala Desa Ara oleh Bupati Bulukumba.

Pada tahun 1974, Kepala Desa Ara (Daeng Pasau) kembali ke kantor camat Bontobahari, dan Daeng Marola ditunjuk sebagai penjabat sementara. Kemudian, pada tahun 1978, Andi Anisi Padulungi terpilih sebagai Kepala Desa Ara melalui pemilihan langsung oleh warga desa.

Perubahan kepemimpinan terjadi pada tahun 1980, ketika Muhaemin A. Karim menggantikan istrinya, Andi Anisi Padulungi, setelah dia mengundurkan diri. Tahun 1984, Daeng Pasau berhasil menjadi Kepala Desa Ara setelah memenangkan pemilihan langsung oleh warga desa, menggantikan Muhaemin A. Karim.

Baca Juga: Rekomendasi wisata alam pegunungan di Bulukumba: Air Terjun Gamaccayya

Pada tahun 1987, Mustari kembali terpilih sebagai Kepala Desa Ara, menggantikan kakak kandungnya, Daeng Pasau, setelah pemilihan oleh warga desa.

Pada tahun 1989, Desa Ara membangun jalan desa, terutama yang menuju Pantai Mandala Ria, yang menjadi objek wisata pantai di Kabupaten Bulukumba. Jalan tersebut telah dapat dilalui kendaraan empat roda, membuka aksesibilitas yang lebih baik.

Pada Oktober 1992, Mustari meninggal dunia dan Abdul Fattah AT (Kaur Pemerintahan) ditunjuk sebagai penjabat sementara, sambil menunggu pejabat definitif yang baru.

Pada tahun 1993, Desa Ara dimekarkan menjadi dua, dan terbentuklah Desa Lembanna yang dipimpin oleh Ardhi Baso DG Manahang. Desa Lembanna terdiri dari tiga dusun, yaitu Dusun Pompantu, Dusun Lembanna, dan Dusun Bakung-Bakung.***

Editor: Nurfathana S


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah