Menelusuri Rawa Bangun di Polewali Mandar, awalnya cuma rawa tapi kini jadi wisata alam dan kuliner

6 Maret 2021, 11:58 WIB
Wisata alam dan kuliner Rawa Bangun di Polewali Mandar. /WartaBulukumba/Sri Ulfanita

WartaBulukumba - Rawa Bangun merupakan salah satu destinasi wisata yang terletak di Dusun Biru, Desa Batetangnga, Kecamatan Binuang. Berjarak sekitar 8 km dari kota Polewali yang merupakan ibu kota Kabupaten Polewali Mandar.

Tempat wisata ini didirikan pada tanggal 1 Oktober 2011 oleh Abdul Rajab Majid yang juga berprofesi sebagai guru aktif di SMK Negeri Paku.

Rawa Bangun merupakan ojek wisata alam pertama yang ada di Desa Batetangnga. Setelah empat tahun keberadaannya, objek wisata lain pun mulai bermunculan.

Baca Juga: Adegan serial 'Tandav' Amazon menuai kritik, dinilai melukai keyakinan agama Hindu di India

Penamaan lokasi wisata ini bukanlah tanpa alasan. Menurut Rajab, tanah milik keluarga yang luasnya sekitar 2,5 hektar ini dulunya hanya merupakan seonggok tanah berawa yang jauh dari produktif.

Selepas kuliah, Rajab muda memutar otak untuk mengubah tanah tersebut agar bisa menghasilkan sesuatu.

Akhirnya. dia memutuskan untuk membuat sebuah kolam pembibitan ikan dan menyulap lahan tersebut menjadi lahan yang produktif. Bibit-bibit ikan yang bertumbuh dengan baik selain dirawat dan dipelihara untuk memenuhi konsumsi keluarga, separuhnya juga dijual.

Baca Juga: Berprestasi dalam dunia pageant, Ratu Ananda Azzarah punya seabrek prestasi lainnya

Rajab tidak hanya membibit dan memelihara satu jenis ikan saja.

"Jadi di sini itu ada ikan jenis nila, mas, koi, lele, juga ikan bawal," ungkapnya.

Di salah satu kolam pemeliharaan ikan bahkan terlihat dua ekor ikan lele yang panjangnya mencapai satu meter yang telah dirawat sejak 10 tahun silam dan digadang-gadang sebagai ikan lele tersebar saat ini di Propinsi tersebut.

Baca Juga: Melalui 'Dynamite' BTS disebut sebagai fenomena global, kalahkan Taylor Swift hingga Justin Bieber

Rajab kemudian menyadari bahwa Desa Batetangga merupakan salah satu kawasan penghasil buah di Polewali. Orang-orang banyak berkujung di desa ini untuk mencicipi berbagai jenis buah, teruma buah durian.

"Terbersit ide di kepala saya, mengapa saya tidak mencoba untuk membuat sebuah tempat yang bisa menjadi wadah bagi para penikmat buah ya," ujarnya.

Beberapa Gazebo pun didirikan. Orang-orang berdatangan. Bahkan beberapa di antara mereka berasal dari luar kota Polewali. Rawa Bangun yang merupakan tempat pembibitan ikan menjelma objek wisata kuliner pertama di kawasan Timur Polewali.

Baca Juga: Selaksa ucapan 'Everything will be OK' untuk Kyai Sin, gadis pemberani Myanmar

Hal tersebut kembali memantik ide sang pemilik usaha. Ia menyadari betul bahwa suhu tubuh manusia akan meningkat setelah mengkonsumsi durian. Akhirnya dia membuat dua buah kolam di kawasan itu. Satu untuk dewasa dan satun lagi untuk anak-anak.

"Kan kalau orang sudah makan durian, biasanya badan itu panas. jadi saya bikin lagi kolam-kolam itu," tuturnya sambil memperlihatkan dua buah kolam yang lokasinya saling berdekatan.

Selain durian, wisata kuliner Rawa Bangun juga menyajikan beberapa menu makanan dan minuman. Sebut saja "Nasu Palekko" yang bumbu-bumbunya diracik sendiri oleh sang istri.

Baca Juga: Hold On, single terbaru Justin Bieber yang liriknya menyentuh sisi perjuangan pribadinya

Menu yang tak kalah menarik minat para pengunjung adalah Ayam Kadundung. Menu khas andalan yang menggunakan ayam kampung dan daun Kedondong sebagai bumbu khas penyempurna cita rasa. Daun kedondong yang digunakan pun tergolong unik, sebab harus dipetik dari pohon yang tak pernah menghasilkan buah sebelumnya. Daun kedondong menurut Rajab, dulunya banyak digunakan oleh suku Pattae dalam meracik makanan mereka.

"Beberapa langganan kami kadang kalau mau datang ke sini, mereka menelpon dulu menanyakan apakah menu Ayam Kadundung tersedia atau tidak," katanya.

Selain Gazebo, di sudut kiri lokasi wisata ini juga terdapat sebuah aula yang sering digunakan sebagai tempat meeting atau merayakan ulang tahun. Selain itu, sekelompok mahasiswa dari berbagai universitas di Sulawesi Barat juga kadang menggunakan aula tersebut sebagai tempat membahas program kerja mereka dalam rapat kerja Himpunan atau semacamnya.

Baca Juga: Perum PFN akan berubah menjadi lembaga mirip Netflix?

Untuk memasuki objek wisata kuliner Rawa Bangun, pihak pengelola memberlakukan biaya tiket sebesar Rp 5.000 bagi orang dewsa. Sementara untuk anak-anak sebesar Rp.3000. Tetapi tidak jarang anak-anak yang datang berkunjung dibebaskan masuk oleh pihak pengelola tanpa ada beban biaya sama sekali.

"Dalam hal bisnis memang uang menjadi sangat penting. Tapi bagi saya, ini bukan soal uang saja. Saya berharap orang-orang kecil juga bisa merasakan objek wisata alam. Menghibur diri mereka dan anak-anak mereka," papar Rajab.

Setelah berkembang menjadi objek wisata kuliner yang banyak diminati orang, koleksi buah dan ikan pun bertambah.

Baca Juga: Mari bantu adik kita Faidir agar bisa sembuh secepatnya

"Sekarang kami punya ikan terapi juga. Pengunjung bisa melakukan terapi ikan di sini. Bibit-bibit ikan yang kami jual, ketika sudah besar dan layak komsusmsi, kami kembali untuk dihidangkan ke pengunjung kami. Untuk buah sendiri, kami sediakan buah durian, langsat, duku, dan rambutan. Saat ini kami juga sudah memiliki buah manggis," terangnya.

Sebelum pandemi menghantam seluruh sendi kehidupan warga di dunia, ribuan pengunjung memadati kawasan wisata ini. Tetapi, selama pendemi pengunjung berkurang bahkan sampai 80%.***

Editor: Sri Ulfanita

Tags

Terkini

Terpopuler