Peretas dari 'Geng Ransomware' memanfaatkan celah kelemahan Microsoft

12 Maret 2021, 19:10 WIB
Ilustrasi Microsoft. /Pixabay.com/geralt

WartaBulukumba - Ancaman peretasan semakin meluas. Beberapa celah kelemahan Microsoft yang telah ditembus oleh para peretas telah menciptakan situasi berbahaya bagi puluhan ribu organisasi, terutama di AS.

Peretas yang mencari tebusan mulai memanfaatkan kelemahan yang baru-baru ini diungkapkan dalam perangkat lunak server email Microsoft yang banyak digunakan, kata seorang peneliti Rabu malam lalu.

Dilansir WartaBulukumba dari Reuters, Jumat 12 Maret 2021, ketika Microsoft pada 2 Maret mengumumkan penemuan kerentanan serius dalam perangkat lunak Exchange-nya, para ahli telah memperingatkan bahwa hanya masalah waktu sebelum geng ransomware mulai mengguncang organisasi di internet.

Baca Juga: Kuliner Ekstrem di Yogyakarta, Pizza Bertoping Serangga, mau coba?

Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur AS dan Biro Investigasi Federal juga tidak segera menanggapi.

Meskipun celah keamanan yang diumumkan oleh Microsoft telah diperbaiki, organisasi di seluruh dunia telah gagal untuk menambal perangkat lunak mereka, membiarkannya terbuka untuk dieksploitasi. Di Jerman saja, para pejabat mengatakan bahwa hingga 60.000 jaringan tetap rentan.

Persoalan ransomware sudah mencuat sejak kampanye Pilpres AS 2020 lalu. Sebagaimana pernah diberitakan oleh The Independent pada 12 Oktober 2020, perusahaan teknologi tersebut mengatakan telah menerima perintah dari hakim federal di Distrik Timur Virginia yang memberi Microsoft kendali atas botnet Trickbot.

Baca Juga: Jago desain fesyen dan kriya? Ikuti kompetisi IFCA 2021 yang digelar Kemenperin

Trickbot dikatakan telah menginfeksi lebih dari satu juta perusahaan sejak 2016 dan digunakan oleh operator untuk menginstal program yang lebih berbahaya, termasuk ransomware.

"Musuh dapat menggunakan ransomware untuk menginfeksi sistem komputer yang digunakan untuk mempertahankan daftar pemilih atau melaporkan hasil malam pemilihan, merebut sistem tersebut pada jam yang ditentukan dan dioptimalkan untuk menabur kekacauan dan ketidakpercayaan," kata Wakil Presiden Perusahaan Microsoft Tom Burt.

 
 
Ransomware menyebar di AS sejak tahun 2019. Setidaknya 1.040 sekolah telah menjadi korban pada, seperti diberitakan The Next Web pada 20 desember 2019.

Saat itu penargeta mengarah ke pemerintah kota, perusahaan asuransi, pusat data, teknologi dan perusahaan kesehatan. Kota New Orleans menjadi korban terakhir dan mengumumkan keadaan darurat setelah jaringannya dilanggar.

Sementara itu, beberapa perusahaan, termasuk jaringan rumah sakit Hackensack Meridian Health dan penyedia layanan diagnostik laboratorium Kanada LifeLabs, lebih memilih untuk membayar uang tebusan untuk memulihkan akses ke sistem yang terkunci.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler