Pemerhati budaya Sulawesi Selatan di Yogyakarta: 'Pemda Bulukumba perlu mengapresiasi karya-karya Dul'

8 November 2022, 11:46 WIB
Pameran tunggal seni kriya logam karya seniman asal Bulukumba di Joning Art Space Yogyakarta. /Instagram.com/@andifadilakbar_

WartaBulukumba - Pinisi dan Bulukumba saat ini sedang 'dilarung' ke dalam bentuk 15 karya seni kriya logam oleh seorang perupa di Joning Art Space.

Selama delapan hari di sana, di salah satu area paling hangat untuk menyesap resap karya seni di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta, Pinisi dilabuhkan oleh seniman muda asal Bulukumba Sulawesi Selatan.

Dihelat mulai 5 November 2022, pameran tunggal karya seni kriya logam oleh perupa Andi Muhammad Fadlullah Akbar terus menggelinding sampai 12 November 2022.

Baca Juga: Pinisi, kriya logam dan seniman muda Bulukumba ini 'melayari' pameran tunggal di Joning Art Space Yogyakarta

Akrab disapa Dul, anak muda berambut gondrong kelahiran tahun 1999 ini sedang menikmati pelayaran kontemplasi batin sebagai seniman.

Di saat yang sama, saat ini dia sedang menimba ilmu sebagai mahasiswa Angkatan ke 17 Program Studi Pendidikan Seni Rupa di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta.

Dul tercatat sebagai seniman seni rupa asal Bulukumba yang pertama kali menggelar pameran tunggal di Yogyakarta dengan mengusung tema kedaerahan dengan menggunakan media yang berbeda yakni logam.

Baca Juga: Pameran tunggal seniman muda Bulukumba pukau pengunjung di Joning Art Space Yogyakarta

Di hari keempat pameran tunggal itu, seorang pemerhati budaya Sulawesi Selatan menatap lekat berlama-lama pada karya-karya Dul.

Dia adalah Dosen Etnomusikologi ISI Yogyakartta, Amir Razak, S.Sn., M.Hum. Setelah menatap lekat berlama-lama satu persatu pada karya-karya Dul, sederet tanggapan pun meluncur darinya. 

"Sebagai pemerhati budaya Sulawesi Selatan saya salut dengan pameran tunggal ini," ungkap Amir Razak di Yogyakarta melalui wawancara daring dengan WartaBulukumba.com pada Selasa, 8 November 2022.

Baca Juga: Sebelum pulang ke Bulukumba seniman-seniman Al Farabi Squad dijamu khusus oleh Bupati Pacitan

Dia mengakui bahwa sumber karya dari budaya Sulawesi Selatan masih sangat jarang dilakukan perupa dari Sulsel.

"Pameran karya kriya logam dengan konsep, ide, dan sumber karya dari budaya lokal atau identitas masyarakat Sulsel, jarang dilakukan oleh perupa Sulsel," ujarnya.

Di matanya, Dul telah memulai sebuah 'pelayaran' yang sangat penting untuk mengangkat budaya atau identitas dari Bulukumba.

Baca Juga: Dana minim, Al Farabi Bulukumba tetap berangkat wakili Indonesia Timur di Festival Ruwat Jagat Pacitan

"Saya anggap bahwa Dul sudah mengawali karya seni kriya logam yang bertema Butta Panrita Lopi"

Ihwal harapan, akademisi yang juga seniman dan budayawan ini menitip sebuah pesan penting.

"Harapan saya, pemerintah Bulukumba perlu mengapresiasi karya-karya Dul. Ini adalah aset putra daerah yang mampu mendesiminasi pembuatan perahu Pinisi yang sangat populer dari Bulukumba," tandasnya.

Baca Juga: Mewakili Indonesia Timur, Al Farabi Bulukumba pentaskan 'Pasalewangeng Wanua' di Festival Ruwat Jagat 2022

Joning Art Space menjelma samudra bagi karya-karya Dul.

Para pengunjung datang dengan cinta. Di antara mereka ada yang mengenal Dul. Ada pula yang datang karena mendengar kata 'Pinisi'.

Banyak juga yang sengaja hadir karena di sana ada sederet frasa ini: 'Bulukumba, Sulawesi Selatan, seni, pameran tunggal dan kriya logam'.

Baca Juga: Kolaborasi esai penggiat literasi Bulukumba dalam buku 'Sabda Teknologi'

Salah satu pengunjung pameran tunggal juga melontarkan komentarnya. Dia Muhammad Dody Alfayed S.,Tr, Tra.

"Pameran tunggal yang sangat luar biasa, apalagi pameran tunggal yang dilakukan ini benar-benar menggunakan biaya sendiri tanpa adanya sponsor ataupun sentuhan tangan Pemerintah Daerah Bulukumba, saya juga sangat mengapresiasi karya yang sangat luar biasa yang dibuat oleh kakanda Dul," ungkap Dody dengan mata berbinar.

Dul, selamat. Teruslah 'berlayar'.*

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler