Camp Fun di sisi terluar Bulukumba: Merekonstruksi pola pikir terhadap pendidikan formal dan non formal

- 14 Maret 2023, 14:20 WIB
Salah satu kegiatan pendidikan non formal di sekolah Alam Benteng Senggang, sisi terluar Bulukumba.
Salah satu kegiatan pendidikan non formal di sekolah Alam Benteng Senggang, sisi terluar Bulukumba. /Instagram.com/@sekolahalambentengsenggang

Baca Juga: Melihat Bulukumba dari 'Filsafat Kajang', taman baca yang selalu dirubung anak-anak dusun seusai maghrib

Untuk informasi selengkapnya terkait Camp Fun Part II, sesiapa pun yang peduli dan kemungkinan punya waktu luang mengikuti acara ini, bisa menghubungi kontak panitia, Suharpida, di nomor WhatsApp: 085242374322. Anda juga bisa mengikuti update kegiatan ini di akun Instagram @sekolahalambentengsenggang.

Pendidikan Formal dan Non Formal

Topik diskusi "Rekonstruksi Pola Pikir Masyarakat tentang pendidikan Formal dan Non Formal" yang bakal diikuti paar pegiat literasi di Bulukumba ini beranjak dari paradigma bahwa pendidikan formal dan non formal memiliki perbedaan mendasar dalam segi cara mendapatkan ilmu dan pengakuan, sehingga pola pikir masyarakat terhadap keduanya sangat berbeda.

Pendidikan formal adalah pendidikan yang dilakukan di institusi resmi seperti sekolah, perguruan tinggi, dan lembaga pendidikan formal lainnya.

Baca Juga: Menyingkap 'selembar Bulukumba' dari semangat baca anak-anak di pelosok

Pendidikan formal biasanya diwajibkan oleh pemerintah dan memerlukan waktu yang cukup lama. Di dalamnya terdapat kurikulum yang harus diikuti, ujian, dan sertifikat atau gelar yang diperoleh setelah menyelesaikan studi. Pendidikan formal sangat dihargai oleh masyarakat, karena dianggap sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan seseorang.

Namun, pola pikir masyarakat terhadap pendidikan formal juga memiliki kelemahan. Banyak masyarakat yang menganggap pendidikan formal sebagai satu-satunya jalan untuk mendapatkan kesuksesan dalam hidup.

Hal ini menyebabkan banyak orang yang terjebak dalam pola pikir sempit dan kurang memperhatikan potensi-potensi mereka sendiri. Selain itu, pendidikan formal juga dianggap kurang fleksibel dan memerlukan biaya yang besar, sehingga banyak masyarakat yang tidak dapat mengaksesnya.

 

Baca Juga: Geliat Komunitas Guru Penggerak di Bulukumba dalam Panrita Berbagi

Halaman:

Editor: Sri Ulfanita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x