WartaBulukumba.Com - Bagi Timnas Indonesia, sejarah pahit itu tertulis jelas dalam ingatan mereka pada tanggal 29 Februari 2012 di Bahrain National Stadium, Riffa. Hari itu, Bahrain menghancurkan Garuda dengan sepuluh gol tanpa balas.
Dalam angin berdebu Riffa, kesepian malam Bahrain bersaksi atas kehancuran yang tak terelakkan. Gunawan Dwi Cahyo, Irfan Bachdim, Diego Michiels, dan Ferdinan Sinaga – nama-nama yang kala itu menjunjung tinggi kebanggaan Merah-Putih – berjuang melawan badai yang tak bisa dihentikan.
Malam itu, Garuda kehilangan cakar dan sayapnya, terjatuh dari langit yang tinggi dengan suara gemuruh yang memekakkan telinga. Hasil akhir 0-10 tak hanya mencoreng wajah sepak bola Indonesia, tetapi juga menyayat hati bangsa yang bermimpi tinggi.
Baca Juga: Ranking FIFA terbaru: Indonesia melejit, Vietnam melorot, Thailand tembus 100 besar dunia
Bertemu Kembali dalam 'Grup Maut'
Namun, waktu terus berjalan, dan kini tahun 2026, Garuda kembali terbang menuju babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia, kali ini di Grup C yang diisi oleh para raksasa Asia: China, Bahrain, Arab Saudi, Australia, dan Jepang.
Bahrain, tim yang pernah menghancurkan mereka, kini berdiri kembali sebagai rintangan besar yang harus dihadapi.
Grup C adalah 'grup maut'. Tak hanya Bahrain yang harus diwaspadai. China dengan pasukan naga merahnya siap melahap siapa saja.
Baca Juga: Dua gol indah menerbangkan Garuda ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia
Ada Arab Saudi dengan kegagahan para pejuangnya yang konsisten tampil di Piala Dunia sejak 1994.