Ratusan milenial dan emak-emak Bulukumba padati Hotel Agri, Ustadz Hanan Attaki ulas Tadabbur Surah Al Maun

- 12 Maret 2023, 19:51 WIB
Ratusan remaja dan emak-emak Bulukumba padati Hotel Agri, Ustadz Hanan Attaki ulas Tadabbur Surah Al Maun
Ratusan remaja dan emak-emak Bulukumba padati Hotel Agri, Ustadz Hanan Attaki ulas Tadabbur Surah Al Maun /Dok. BMB

WartaBulukumba - Kota Bulukumba sedang ditimpa kemilau syiar islam di malam hari selepas Isya. Ratusan gadis remaja hingga emak-emak memadati ballroom Hotel Agri.

Ada yang istimewa malam ini di Kota Bulukumba. Dai milenial fenomenal, Ustadz Hanan Attaki memberikan tauziah dalam acara Milad ke 4 dan Tabligh Akbar Bikers Muslim Bulukumba.

Ba'da sholat Isya, alumni Universitas Al Azhar Mesir ini dijadwalkan mengulas Tadabbur Surah Al Maun. Para jemaah menantikan gayanya yang khas, suara lembut dan tatapan mata yang tak kalah lembutnya, bahasanya lugas dan sangat cair. Sangat mudah dipahami.

Baca Juga: Ustadz Hanan Attaki tiba di Bulukumba sore ini

Ustadz Hanan Attaki tiba di Kota Bulukumba pada Ahad sore, 12 Maret 2023. Disambut dengan teriakan "Allahu Akbar" dan penuh cinta saat dijemput oleh beberapa anggota Bikers Muslim Bulukumba (BMB) di Bandara Sultan Hasanudin Makassar, senyum dan semringah menghias wajah Ustadz Hanan Attaki.

Saat dijemput di bandara, Ustadz Hanan Attaki terlihat memakai topi pet warna hijau dan baju kaos warna krem. Dai muda ini dijemput oleh BMB dengan pengawalan ketat. Rombongan lalu meluncur ke Kota Bulukumba sore ini.

Humas BMB, Musafir, mengungkapkan harapannya, kehadiran Ustadz Hanan Attaki bisa membawa keberkahan bagi Bulukumba.

Baca Juga: Bulukumba menerima Ustadz Hanan Attaki penuh cinta

Setelah ditolak di mana-mana, Ustadz Hanan Attaki menerima perlakuan sebaliknya di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Bulukumba menerima Ustadz Hanan Attaki dengan penuh cinta dalam balutan ukhuwah islamiyah dan semangat syiar Islam yang sangat kental.

Hanan Attaki lahir pada tanggal 31 Desember 1981 dengan nama lengkap Tengku Hanan Attaki. Ia merupakan anak kelima dari enam bersaudara. Orang tuanya memberi pendidikan Al-Qur'an sejak ia masih anak-anak. Setelah besar, Hanan beberapa kali ikut kompetisi tilawah Musabaqah Tilawatil Quran di daerahnya.

Ustadz Hanan Attaki merupakan lulusan Pondok Pesantren Ruhul Islam Banda Aceh pada tahun 2000. Ia dikenal sebagai murid berprestasi sehingga mendapat beasiswa untuk kuliah di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Di sana, ia menekuni Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir al-Qur’an hingga memperoleh gelar licence (Lc.) pada tahun 2004.

Baca Juga: Ustadz Hanan Attaki hadir di Tabligh Akbar dan Milad ke 4 Bikers Muslim Bulukumba

Hanan kuliah di Universitas Al-Azhar berkat beasiswa. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya selama kuliah, ia mencoba banyak bisnis, mulai dari catering, berjualan bakso, hingga sebagai pengatur untuk pergi ke Hajar Aswad saat musim Haji tiba. Meskipun begitu, Hanan juga aktif dalam berbagai kegiatan.

Ia bergabung dalam kelompok studi Al-Qur’an dan ilmu-ilmu Islam serta menjadi pemimpin redaksi dari buletin Salsabila. Prestasi Hanan di bidang tilawah juga berlanjut di Mesir. Pada tahun 2005, Hanan sempat terpilih sebagai qori terbaik Fajar TV, Kairo serta mengisi acara tilawah di channel Fajar TV dan Iqro TV.

Di Kairo, Hanan Attaki menikah dengan Haneen Akira yang juga seorang pendakwah. Mereka bertemu dan menikah di saat sama-sama menempuh pendidikan di Universitas Al-Azhar. Dari pernikahannya dengan Haneen Akira, mereka dikaruniai tiga orang anak bernama Maryam, Aisyah dan Yahya.

Baca Juga: Melihat Bulukumba dari jumlah penduduk miskin dan anak putus sekolah, ini datanya

Tadabbur Surah Al Maun

Ustadz Hanan Attaki membawakan tauziah dengan tema Tadabbur Surah Al Maun.

Dalam buku "Pendar-Pendar Kebijaksanaan" oleh KH Husein Muhammad, kata tadabbur artinya adalah merenungkan atau memerhatikan dengan seksama dan mendalam. Adapun ahli bahasa mendefinisikan tadabbur sebagai melihat akibatnya dan hasil akhirnya.

Surat Al Maun adalah surah ke 107 dari Al Quran yang terdiri dari 7 ayat; menurut jumhur ulama ia tergolong surat Makkiyah—sedangkan menurut Ibnu Abbas dan Qatadah ia adalah surat Madaniyyah—turun sesudah surat at-Takatsur.

Baca Juga: Kampung iklim, Bank Sampah hingga wisata pendidikan pertanian alami bergerak dari Desa Salassae Bulukumba

Seperti dikutip dari Risalah.id, sebagian ulama berpendapat bahwa bagian awal surat ini (ayat 1-3) menyinggung Al-‘Ash bin Wail (kafir Quraisy) dan bagian akhir surat ini (ayat 4-7) menyinggung Abdullah bin Ubay (orang munafiq).

Surat ini dinamai pula surat ad-din, surat at-Takdzib, surat al-Yatim, surat Ara’aita, dan surat Ara’aita al-ladzi. Al-Thabari menyebutnya surat Ara’aita.  Al-Qurthubi, Ibnu Katsir, dan Sayyid Quthub, menyebutnya Al-Ma‘un. Sedangkan Asy-Syaukani menyebutnya dengan surat Al-Yatim.

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?”

Baca Juga: Melihat Bulukumba dari pinggir: Palampang 'kampung pejuang'

As-Syaukani berpendapat, pertanyaan di ayat ini adalah untuk menunjukkan rasa heran atas sikap orang yang mendustakan ad-din. Sedangkan ara’aita yang akar katanya adalah ru’yah mempunyai arti ma’rifah (tahu).

Berkenaan dengan ayat ini, At-Thabari mengatakan bahwa yang dimaksud adalah, “Tahukah kamu Muhammad orang yang mendustakan pahala dan siksa Allah, sehingga tidak mematuhi perintah dan larangannya?”

At-Thabari memaknai yukadzibu bid-din dengan mendustai pahala Allah, hukuman Allah, tidak taat terhadap perintah dan larangan-Nya. Sebuah riwayat dari Ibnu Abbas yang disitir oleh At-Thabari mengungkapkan bahwa yukazzibu bi al-din berarti yukazzibu bihukmillahi, yang berarti mendustakan hukum Allah Ta’ala. Riwayat dari Ibnu Juraij yang dikutipnya juga menyatakan bahwa ad-din di dalam ayat ini berarti hari perhitungan.

Menurut Al-Qurthubi, ad-din di dalam ayat tersebut berarti pembalasan dan perhitungan di akhirat. Sehingga kalimat yukazzibu bi al-din diartikan mendustakan hari pembalasan dan hari perhitungan di akhirat. Dalam tafsir Jalalain pun ad-din dimaknai hari hisab dan hari pembalasan amal perbuatan.

Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi menjelaskan maksud ayat ini adalah: “Tidakkah engkau menyaksikan wahai Muhammad orang yang  mendustakan  hari  pembalasan,  baik  peristiwa-peristiwa  yang  ada  di dalamnya berupa balasan dan sisksaan?”. Dikatakan bahwa ayat ini umum bagi setiap orang yang menjadi sasaran perintah ini, mereka itulah orang-orang yang mengingkari hari pembalasan.

Mereka  selalu mengatakan,

أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَإِنَّا لَمَبْعُوثُونَ

“Apakah  apabila  kami mati  dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan kembali?” (QS. Al-Waqi’ah: 47).***

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x