Network
WartaBulukumba.Com - Laut Natuna Utara, perairan yang melambai dengan biru samudra yang tenang dan harta karun keanekaragaman hayati bawah laut. Memukau bangsa-angsa lain. Lalu mengundang sengketa.
Berlayar di atasnya, bergulir banyak cerita tentang ujian bagi ketahanan nasional. Dalam gemuruh ombak, ia berbicara tentang kompleksitas dan tantangan yang harus dihadapi oleh Indonesia untuk menjaga kedaulatannya di tengah arus geopolitik yang rumit.
Indonesia berulang kali menegaskan tidak memiliki sengketa dengan China di Laut Natuna Utara, namun aktivitas sejumlah kapal penangkap ikan China dan patroli di ZEE Indonesia di sekitar Natuna menjadi perhatian pada 2022 lalu.
Baca Juga: Taiwan siapkan armada drone untuk menghadapi China
Indonesia terjepit di antara Cina dan AS
Dikutip dari laman Ui.ac.id pada 30 Agustus 2022, menurut Edy Prasetyono, Ph.D., letak geografis wilayah Indonesia yang berada di perairan Laut Natuna Utara menjadikan Indonesia salah satu medan pertempuran pengaruh dan perang strategis Amerika Serikat (AS) dan China.
Namun, Pemerintah Indonesia tunduk pada Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) yang menetapkan ujung selatan Laut China Selatan merupakan bagian dari Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia. Pemerintah Indonesia menamakan perairan itu Laut Natuna Utara pada 2017.
Dalam jurnal yang diterbitkan di Jurnal.lemhanas.go.id pada 6 Juni 2023, Bernadine Grace Alvania Manek dari Universitas Pertamina mengurai hasil penelitian dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk mengkaji fenomena sengketa Laut Cina Selatan dan dampaknya terhadap Indonesia.
Baca Juga: Mengandung radioaktif! China melarang impor makanan Jepang
Dengan menerapkan teknik document-based research dan internet-based research, Bernadine menggali informasi tentang strategi pertahanan udara yang dapat diadopsi oleh Indonesia guna menangkal operasi strategis Cina di Laut Natuna Utara.
