Kudeta di Niger: Junta sebut akibat tata pemerintahan yang buruk

- 28 Juli 2023, 13:04 WIB
Ilustrasi situasi di Niger - Prahara di Niger, kudeta ketujuh kalinya
Ilustrasi situasi di Niger - Prahara di Niger, kudeta ketujuh kalinya /Tangkap layar postingan akun Instagram @military_france

WartaBulukumba.Com - Sebuah Juli yang kelam merayap di daratan Niger, membawa angin buruk yang menuntun negara ini ke dalam kilas balik sejarah.

Presiden Mohamed Bazoum telah digulingkan oleh sekelompok prajurit berkepala baja. Sebuah babak baru dalam cerita panjang negara ini dimulai pada Rabu malam, ketika sebuah pengumuman mengejutkan ditayangkan di televisi nasional.

Dilansir dari Reuters pada Jumat, 28 Juli 2023, membacakan pernyataan, Kolonel Amadou Abdramane, yang duduk di antara sembilan perwira lainnya, mengatakan bahwa pasukan pertahanan dan keamanan telah memutuskan untuk mengakhiri rezim.

Baca Juga: Pembakaran Al Quran kembali terjadi! Aksi Islamofobia di depan kedutaaan Mesir dan Turki di Denmark

Di sana juga terlontar alasan kuat bahwa situasi keamanan yang memburuk dan tata pemerintahan yang buruk.

Abdramane mengatakan perbatasan Niger ditutup, jam malam di seluruh negeri diberlakukan, dan semua lembaga republik ditangguhkan. Para prajurit memperingatkan agar tidak ada intervensi asing, sambil menambahkan bahwa mereka akan menghormati kesejahteraan Bazoum.

Pengambilalihan militer ini, yang merupakan kudeta ketujuh di wilayah Afrika Barat dan Tengah sejak tahun 2020, dapat semakin mempersulit upaya negara-negara Barat untuk membantu negara-negara di wilayah Sahel melawan pemberontakan jihadis yang telah menyebar dari Mali selama satu dekade terakhir. Niger yang terkurung daratan, bekas jajahan Prancis, telah menjadi sekutu kunci bagi kekuatan Barat yang berusaha membantu melawan pemberontakan.

Baca Juga: Armageddon kian dekat? Semakin masif penyebaran mimpi Muhammad Qasim bin Abdul Karim ke seluruh dunia

Niger juga merupakan sekutu penting Uni Eropa dalam melawan migrasi tidak teratur dari Afrika sub-Sahara. Prancis memindahkan pasukan dari Mali ke Niger tahun lalu setelah hubungannya dengan otoritas sementara di Mali memburuk. Prancis juga telah menarik pasukan khususnya dari Burkina Faso karena ketegangan yang serupa.

Halaman:

Editor: Sri Ulfanita

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah