Polisi AS menangkap 500 mahasiswa demonstran pro Palestina

25 April 2024, 20:44 WIB
Perkemahan solidaritas dengan Gaza dan tuntutan divestasi institusi kini juga telah didirikan di UC Berkeley dan Cal Poly Humboldt di California, sehingga jumlah perkemahan yang sedang berlangsung di universitas-universitas AS menjadi 15 /Hamdani/

WartaBulukumba.Com - Para polisi itu membekuk sejumlah mahasiswa berkafiyeh dan membawa bendera Palestina, beredar dalam video-video di media sosial, menunjukkan sebuah eskalasi yang tidak biasanya di negeri Paman Sam.

Polisi Amerika Serikat menangkap hampir 500 mahasiswa dari berbagai kampus karena menggelar demonstrasi pro Palestina dalam sepekan terakhir.

Pihak berwenang AS mengklaim 93 orang ditangkap dengan alasan masuk tanpa izin keUniversitas California Selatan (USC). Sebanyak 34 mahasiswa pro Palestina juga ditangkap di Universitas Texas di Austin.

Baca Juga: Fotografer Palestina raih penghargaan foto jurnalistik dunia

Polisi di Los Angeles, Kapten Kelly Muniz, mengatakan petugas melakukan patroli ke kampus pada Rabu siang.

"Mereka membantu kampus menangkap orang-orang yang masuk tanpa izin," kata Muniz, dikutip AFP.

Sementara itu, jauh di Eropa, tepatnya di Paris, mahasiswa berkumpul di depan Universitas Sorbonne, menantang kunjungan Presiden Emmanuel Macron, membawa latar belakang genosida yang membara di Gaza.

Baca Juga: 6 bulan genosida Israel Penjajah di Gaza: Setengah juta orang Palestina tak punya rumah untuk kembali

Suara korban Holocaust, Stephen Kapos, menggema dalam sebuah video, "Protes Anda begitu gigih, besar, dan global sehingga pada akhirnya para pemimpin Barat akan terpaksa menghadapinya."

Saat bayang-bayang genosida melintas bak awan gelap di atas Gaza, sebuah video anak Palestina juga muncul bagai sorotan terang memecah kegelapan di media sosial.

Seorang anak Palestina, dengan mata yang tergenang air mata dan suara yang bergetar, memohon kepada dunia untuk mengakhiri serangan Israel Penjajah.

Dilaporkan Quds News Network pada Kamis, 25 April 2024, drone pendudukan Israel Penjajah menargetkan kumpulan anak-anak Palestina di dekat Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara, yang mengakibatkan korban jiwa di antara mereka.

Baca Juga: Hamas serukan untuk menggagalkan ritual sapi merah betina di Masjid Al Aqsa

Nestapa Palestina

Agresi Israel Penjajah telah menewaskan sedikitnya 34.183 jiwa sejak hari kelam Oktober tahun lalu.

Ini bukan sekadar angka, melainkan nyawa yang terenggut di hari ke-200 pengepungan brutal.

Dalam wawancara dengan BBC, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat, Mike Johnson, kembali menegaskan propaganda Israel Penjajah terkait peristiwa 7 Oktober.

Mike Johnson menegaskan, kebohongan ini digunakan  untuk membenarkan kekejaman terhadap warga sipil Palestina di Gaza, namun sebagian besar dibantah oleh Israel Penjajah dan dibantah oleh Gedung Putih.

Johnson menekankan tuduhan ini dalam upaya untuk mencoreng mahasiswa Amerika yang melakukan protes di kampus-kampus menentang genosida Israel Penjajah di Gaza.

Sebuah video yang diunggah Quds News Network, di Rumah Sakit Nasser, di mana duka dan tragedi berpadu, Wizard Bisan, seorang aktivis, mengisahkan kegetiran yang tak terperi. Mengidentifikasi jenazah diantara reruntuhan menjadi sebuah tantangan harian, sebuah penderitaan yang berulang.

Banyak dari mereka telah kehilangan wajah dan identitas, dimutilasi oleh kekejaman yang tak terbayangkan, sebagian bahkan ditemukan tanpa kepala, saksi bisu atas kebrutalan tentara pendudukan.

Sebuah video lainnya, ada seorang ibu yang penuh lara, di antara puing-puing harapan dan kenyataan pahit, mengenali putranya, Nabil, dari serpihan-serpihan masa lalu yang kini hanya bisa ia peluk dalam bentuk kenangan. Nabil, yang dieksekusi dan dibuang ke kuburan massal oleh pasukan Zionis.

Dari reruntuhan sekolah yang dikepung, sebuah video memperlihatkan seorang wanita Palestina yang terlantar, "Kami tidak bisa membawa apa pun, bahkan pampers anak-anak saya.”

Suara itu bukan hanya tentang kehilangan, tetapi juga tentang ketidakberdayaan di tengah asa yang dikepung.

Di Kompleks Medis Shifa, sebuah video yang diunggah MEE merekam kesaksian seorang dokter wanita yang berlinang air mata.

"Rumah sakit ini dihancurkan karena ini adalah harapan, harapan bagi masyarakat kami,” katanya, suaranya bergetar menahan pilu.

Di Rafah, tragedi menyentuh terlihat dalam sebuah video, tentang seorang gadis berusia 12 tahun yang terbangun oleh teriakan saudara perempuannya saat rumah mereka runtuh di sekitar mereka. Terjebak di bawah reruntuhan, dia diselamatkan, hanya untuk mengetahui bahwa dia adalah satu-satunya yang selamat dari keluarganya.

Pemandangan di rumah sakit Rafah adalah pemandangan perpisahan: para keluarga yang berkumpul, memberikan selamat tinggal terakhir kepada mereka yang tercinta, korban serangan udara semalam.

Di halaman Rumah Sakit Nasser, seorang ibu Palestina yang kelelahan dan kebingungan berdiri dengan sekop di tangannya. Dia telah berada di sana lebih dari seminggu, mencari diantara kuburan massal, mencoba menemukan jenazah putranya yang telah terenggut oleh kekejaman yang sama yang menghancurkan rumah sakitnya.

Seruan untuk penyelidikan internasional atas kejahatan di Kompleks Medis Nasser bergema, dengan laporan bahwa tentara pendudukan mengubur jenazah dalam kantong plastik, dan bekas penyiksaan terpampang pada tubuh beberapa martir.

Fleur Hassan-Nahoum, Wakil Walikota Israel Penjajah di Yerusalem yang diduduki, menanggapi presenter Sky News mengenai penemuan jenazah warga Palestina di kuburan massal di rumah sakit Gaza dengan menyatakan bahwa mereka "mungkin teroris."

Dia terus mempertahankan pendiriannya ketika ditanya mengapa tangan beberapa mayat diikat ke belakang. Menurut tim penyelamat di Gaza, jenazah yang ditemukan di kuburan termasuk wanita, orang lanjut usia, dan banyak pasien yang menerima perawatan di rumah sakit. Mereka juga menyatakan bahwa anak-anak dan perawat berseragam medis termasuk di antara mereka yang ditemukan di kuburan tersebut.

Sementara itu, di kota tua Hebron Tepi Barat yang diduduki, ratusan pemukim ilegal menyerbu Masjid Ibrahimi, sambil merayakan Paskah, menambah luka atas luka yang telah ada.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler