Bharada E akui batinnya tersiksa setelah membunuh Brigadir J

3 Desember 2022, 13:05 WIB
Richard Eliezer alias Bharada E ceritakan peristiwa penembakan terhadap Brigadir J (Joshua Hutabarat) di rumah Ferdy Sambo/ ANTARA/ Putu Indah Savitri /ANTARA / Putu Indah Savitri

WartaBulukumba - Bharada E menuturkan kegelisahan yang menyergap batinnya setelah menembak Yosua.

Richard Eliezer menarik pelatuk dan nyawa Yosua Hutabarat pun melayang.

Tiga sampai empat peluru mluncur ke tubuh Yosua yang berada dalam posisi merendahkan tubuh.

Baca Juga: Prostitusi online merebak di Bulukumba, Satpol PP bergerak selidiki

Peristiwa berdarah itu terjadi di Duren Tiga, di rumah dinas Ferdy Sambo yang saat itu menjabat sebagai Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam).

Gejolak emosi ditampakkan jelas oleh Richard Eliezer atau Bharada E, terdakwa kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J) saat membentangkan kesaksiannya dalam persidangan yang berlangsung di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Rabu, 30 November 2022. 

Dilansir dari Antara, tepat di hadapan dua terdakwa lainnya, yakni Kuat Maruf dan Ricky Rizal atau Bripka RR, Richard menuturkan rangkaian peristiwa beserta apa yang dirinya rasakan pada detik-detik menjelang terbunuhnya Brigadir J. Richard bahkan mengaku memimpikan Yosua selama 3 minggu sejak hari kematian Brigadir J, tepatnya sejak Jumat, 8 Juli 2022.

Baca Juga: Terduga korupsi di Bank Kaltimtara masih berkeliaran, LSM PILHI geram: 'KPK lamban!'

Richard mengisahkan mengenai dirinya yang baru saja tiba di Jakarta dari Magelang, Jawa Tengah.

Bertempat di rumah pribadi Ferdy Sambo di Saguling, Richard mengaku dirinya diminta oleh Ricky untuk pergi ke lantai tiga atas perintah Ferdy Sambo.

Ketika tiba di lantai 3, dirinya duduk di atas sofa, dan semula hanya bertemu dengan Ferdy Sambo. Ricky, Yosua, dan Kuat Ma’ruf tidak berada di sekitar mereka.

Baca Juga: Empat personel Satnarkoba Polres Bulukumba positif narkoba, tes urin menunjukkan kandungan metamfetamin

Yang menyusul untuk duduk di sofa beberapa saat kemudian adalah Putri Candrawathi. Saat itu, Ferdy Sambo bertanya kepada Richard apakah dia mengetahui apa yang terjadi di Magelang, dan Richard pun mengaku bahwa ia tidak mengetahui apa yang terjadi di Magelang.

Selanjutnya, Ferdy Sambo mengatakan bahwa Yosua Hutabarat telah melecehkan Putri Candrawathi di kediamannya di Magelang.

“Dengar itu saya kaget, takut juga,” tutur Richard. Richard mengaku merasa takut karena saat itu karena dirinya merupakan salah satu ajudan yang ada di Magelang saat itu.

Baca Juga: Empat personel Satnarkoba Polres Bulukumba positif narkoba, tes urin menunjukkan kandungan metamfetamin

Setelahnya, Ferdy Sambo pun menunjukkan amarah terkait peristiwa yang terjadi di Magelang.

“Kurang ajar ini, kurang ajar. Dia sudah tidak menghargai saya. Dia menghina harkat martabat saya,” ucap Richard ketika mengutip Ferdy Sambo.

Bahkan, Richard mengungkapkan, Ferdy Sambo sempat mengucap, “Harus dikasih mati anak ini” dengan emosi dan wajah yang sudah memerah.

Baca Juga: Petani di Bulukumba ini kantongi 9 saset sabu

Usai menumpahkan emosinya, Richard pun mengungkapkan bahwa Ferdy Sambo mengatakan, “Nanti, kau yang tembak Yosua, ya. Karena kamu yang tembak Yosua, saya yang akan bela kamu. Kalau saya yang tembak, tidak ada yang bela kita.”

Ferdy Sambo pun memaparkan skenario yang akan mereka gunakan, yakni peristiwa diawali dengan pelecehan dari Yosua terhadap Putri Candrawathi. Kemudian, Putri berteriak dan didengar dengan Richard.

Setelah Richard datang ke tempat Putri dan Yosua ketahuan, terjadi adu tembak antara Yosua dengan Richard, yang berakhir pada terbunuhnya Richard.

Demikian paparan skenario oleh Sambo kepada Richard, tepat di hadapan Putri Candrawathi. Mendengar skenario tersebut, Richard mengaku kaget, takut, dan merasa tertekan.

Pergolakan tersebut mengakibatkan pikirannya menjadi kacau dan dirinya terdiam. Ketika meyakinkan Richard untuk melakukan penembakan, Ferdy Sambo berulang kali mengatakan bahwa skenario tersebut menempatkan Richard dalam posisi yang aman.

Pertama, Richard berada di dalam posisi membela Putri Candrawathi. Kedua, Richard berada di dalam posisi membela diri karena, berdasarkan skenario, Yosua menembak Richard terlebih dahulu.

Oleh karena itu, Ferdy Sambo menegaskan kepada Richard bahwa ia berada di dalam posisi yang aman. Lantas, sebelum beranjak menuju rumah dinas Ferdy Sambo di Duren Tiga, Richard sempat ke kamar mandi dan berdoa kepada Tuhan.

Ia memohon agar Ferdy Sambo berubah pikiran dan berharap agar peristiwa Duren Tiga tidak terjadi. Penembakan Brigadir J Beranjak menuju Duren Tiga, Richard mengungkapkan bahwa dirinya sempat merasa takut ketika berada di lantai 2. Kala itu, ia menyempatkan diri untuk kembali berdoa di kamar dan terdiam selama beberapa saat.

“Dalam pikiran saya, ‘wah, sudah mau terjadi’,” ucap Richard. Beberapa saat kemudian, ia mendengar suara Ferdy Sambo yang memasuki kediaman.

Pada momen itu, berdasarkan kesaksian Richard, Ferdy Sambo telah menggunakan sarung tangan karet hitam.

Richard pun turun dari lantai dua untuk menghampiri Ferdy Sambo. Ketika tiba di hadapan Ferdy Sambo, Richard mendengar Sambo bertanya, “Sudah kau isi senjatamu?” Dengan jujur, Richard mengatakan bahwa dirinya belum mengisi, dalam hal ini mengokang senjatanya. Usai diberi perintah, Richard pun mengokang senjata miliknya, yakni Glock.

Tak lama kemudian, Yosua masuk bersama Ricky dan Kuat Ma’ruf yang berada di belakang Yosua.

Saat Yosua masuk, tutur Richard, Ferdy Sambo langsung menoleh ke arah Yosua dan berseru, “Sini kamu!”

Richard juga bersaksi bahwa Ferdy Sambo memegang leher Yosua dan meminta Yosua untuk berlutut di depannya. Akan tetapi, Yosua tidak berlutut dan hanya merendahkan tubuh sembari bertanya-tanya apa yang sedang terjadi saat itu. 

Kemudian, Ferdy Sambo melirik ke arah dirinya dan memerintahkan Richard untuk menembak Yosua.

“Melirik ke saya, ‘Woy kau tembak, kau tembak cepat! Cepat kau tembak!’,” ucap Richard ketika menggambarkan situasi yang ia alami saat itu.

Akhirnya, Richard pun menembak Yosua sebanyak tiga atau empat kali dengan jarak sekitar 2 meter. Kala melontarkan tembakan pertama, Richard mengaku bahwa dirinya sempat menutup mata.

Setelah menerima tembakan, Yosua pun terjatuh dan sempat mengerang kesakitan.

Dihantui kejadian penembakan Richard mengaku bahwa dirinya menembak karena merasa takut dan tertekan. Perbedaan pangkat di antara dirinya dengan Ferdy Sambo, menurut Richard, bagaikan langit dan bumi.

“Ini jenderal bintang dua, menjabat sebagai Kadiv Propam dan posisi saya, pangkat saya bharada. Pangkat terendah,” ucapnya.

Ia pun tidak tahu harus berbicara kepada siapa mengenai hal ini. Selain itu juga terdapat ketakutan, apabila ia bercerita kepada orang lain dan Ferdy Sambo mengetahui hal tersebut, dia akan menjadi korban seperti Yosua.

Oleh karena itu, Richard memutuskan untuk tetap melakukan penembakan terhadap Yosua. Akan tetapi, pascapenembakan,Richard mengaku dirinya merasa dihantui oleh bayang-bayang Yosua.

Richard mengatakan dirinya dihantui oleh mimpi buruk.

Bayang-bayang Yosua membuatnya merasa takut dan tertekan. Ia juga merasa bersalah atas penembakan yang telah ia lakukan terhadap Yosua.***

Editor: Muhlis

Sumber: Antara

Tags

Terkini

Terpopuler