Review dan sinopsis film 'Pemukiman Setan': Labirin horor, persahabatan dan pengkhianatan

- 25 Januari 2024, 18:39 WIB
Film 'Pemukiman Setan'
Film 'Pemukiman Setan' /Rapi Films

WartaBulukumba.Com - Bayangan malam yang pekat merayapi setiap sudut Pemukiman Setan. Di sebuah rumah tua, terpencil, dan dipenuhi bisikan angin yang seolah membawa rahasia kelam, empat sosok bergerak hati-hati. Cahaya senter mereka menyusuri dinding-dinding yang berbisik, menari bersama debu masa lalu.

Di ruang tengah, sebuah siluet tampak terguncang, terikat, tak berdaya. Mata mereka yang ketakutan menatap Sukma, perempuan yang terpasung, mengeluarkan aura misterius yang membelenggu ruangan itu dalam ketegangan.

Di sanalah awal mula teror yang akan menguak tabir dunia gaib, mempertemukan mereka dengan kisah yang lebih dari sekadar perampokan. "Pemukiman Setan" memulai kisahnya dengan adegan ini, menjanjikan perjalanan yang penuh dengan misteri dan horor yang mengejutkan. Film ini tayang mulai Kamis, 25 Januari 2024  di bioskop.

Baca Juga: Berani nonton? Review film horor terbaru 2024 'Trinil: Kembalikan Tubuhku'

Sinopsis Pemukiman Setan

"Pemukiman Setan" adalah sebuah kisah yang menggali kedalaman jiwa manusia melalui teror dan misteri. Film ini berpusat pada Alin Wihanggamapati (diperankan oleh Maudy Effrosina), seorang perempuan yang tertekan oleh trauma kekerasan keluarga dan himpitan ekonomi.

Dalam keputusasaannya, Alin mengikuti tiga temannya - Ghani Saidi (Bhisma Mulia), Fitrah Fabiandi (Daffa Wardhana), dan Zia Delliana (Ashira Zamita) - dalam misi nekat merampok sebuah rumah tua di perkampungan terpencil.

Rumah yang konon menyimpan harta karun barang antik tersebut segera berubah menjadi panggung horor saat mereka mengungkap rahasia mengerikan di dalamnya.

Baca Juga: Review film horor terbaru 2024 'Night Swim': Teror dari dalam air

Tak disangka, di rumah itu mereka menemukan Sukma (Adinda Thomas), seorang wanita yang terpasung dan tampak menderita.

Penemuan Sukma ini membuka pintu ke dunia yang lebih gelap, mengungkapkan kekuatan gaib yang tersembunyi.

Dengan setiap detik yang berlalu, Alin dan teman-temannya harus berjuang tidak hanya melawan ketamakan mereka sendiri tetapi juga melawan kekuatan gaib yang mengerikan yang telah mereka lepaskan.

Baca Juga: Review film horor 'Dark Harvest' - Ketegangan dan komedi di malam Halloween

Karakter dan Dinamika Alur Cerita

Karakter dalam "Pemukiman Setan" dibangun dengan lapisan yang kompleks, menggambarkan perjuangan internal dan konflik eksternal yang mereka hadapi. Alin Wihanggamapati, sebagai tokoh sentral, digambarkan sebagai sosok yang rusak namun kuat, perjuangannya melawan trauma masa lalu dan tekanan ekonomi saat ini membuatnya menjadi karakter yang memikat sekaligus memprihatinkan.

Maudy Effrosina berhasil membawa kedalaman emosional yang kuat ke peran ini, menampilkan kerapuhan dan keberanian dalam satu paket.

Dinamika antar karakter juga menjadi salah satu kekuatan film ini. Hubungan antara Alin dan teman-temannya, terutama dengan Ghani Saidi, yang diperankan oleh Bhisma Mulia, menghadirkan nuansa kekeluargaan yang rumit.

Ghani, sebagai sosok yang baik hati dan penolong, kontras dengan keputusasaan yang mendorong Alin. Kisah mereka berdua, bersama dengan Fitrah dan Zia, menghadirkan drama yang intens dan penuh emosi, menjadikan setiap adegan lebih dari sekadar horor, tetapi juga sebuah cerita tentang persahabatan dan pengkhianatan.

Sukma, yang diperankan oleh Adinda Thomas, adalah tokoh yang misterius dan menakutkan. Penampilannya yang menyeramkan dan karakteristik yang tidak terduga menambah ketegangan dan membuat film ini tidak hanya menakutkan secara fisik, tetapi juga psikologis.

Aspek Horor dan Suspense

Dalam "Pemukiman Setan", horor tidak hanya berasal dari elemen supernatural, tetapi juga dari ketegangan psikologis yang dibangun sepanjang film. Sutradara Charles Gozali berhasil menciptakan atmosfer yang gelap dan menegangkan, di mana ketakutan tidak hanya datang dari hantu atau kekuatan gaib, tetapi juga dari ketidakpastian dan keputusasaan karakter-karakternya.

Keputusasaan Alin dan teman-temannya dalam merampok rumah yang terpencil itu seolah menjadi metafora dari perjuangan hidup yang lebih besar, di mana mereka harus menghadapi tidak hanya hantu dari masa lalu, tetapi juga rasa takut dan kegelisahan akan masa depan.

Efek visual dan desain suara dalam film ini memainkan peran penting dalam menciptakan suasana yang menyeramkan. Setiap detail, dari gemeretak lantai hingga desah angin, disajikan untuk memperkuat rasa ketidaknyamanan.***

Editor: Nurfathana S


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x