WartaBulukumba - Film- film yang sukses menarik penonton tidak serta merta muncul tanpa usaha yang besar. Mulai dari tenaga, waktu dan materi yang terkuras habis untuk terciptanya karya yang memuaskan khalayak.
Biaya produksi yang mahal dan segala pengorbanan pada proses pembuatan film selalu menjadi pertimbangan besar untuk melanjutkan proses pemasaran film.
Kita kembali lagi membahas dampak wabah pandemi pada ranah ekonomi. Lagi-lagi Corona telah menciptakan sekelumit keresahan. Banyak rumah produksi yang memutuskan untuk menjual filmnya ke layanan streaming digital, hal ini dianggap cukup membantu walau tidak sepenuhnya bisa menopang biaya produksi.
Baca Juga: Ketua GPBSI: Bioskop tidak cengeng saat pandemi, malu dong sama Internasional
Mira Lesmana Produser Miles Pictures mengungkapkan, kehadiran layanan streaming digital saat menjadi media alternatif untuk rumah produksi dan juga penonton agar tetap dapat menyaksikan film atau serial. Akan tetapi, hal ini tidak cukup kuat untuk memberikan penghasilan atau mengganti biaya produksi apalagi jika Bisakah bioskop diganti dengan layanan streaming digital?
"Sekarang ada digital platform tapi tidak mencukupi untuk menopang industri kita. Bisa membantu tapi tidak mencukupi, jadi kita butuh sekali bioskop," katanya.
Target pendapatan rumah produksi adalah hasil penjualan tiket di bioskop. Jika bioskop tak kunjung terbuka, berarti tidak ada pengganti biaya produksi. Sebab 90 persen penghasilannya berasal dari terjualnya tiket tersebut.
Baca Juga: Netflix akan tayangkan film dan serial Korea, ini daftarnya
Menurut Mira jika terus menerus memilih jalur digital, film-film dengan biaya produksi yang besar akan sulit bertahan.