Review film 'Bangsatnya Cinta Pertama': Autentisitas dan kedalaman persahabatan dalam kisah romantis

4 Oktober 2023, 05:00 WIB
Poster Film Bangsatnya Cinta Pertama /Tangkapan layar Instagram.com/@bangsatnyacintapertama

WartaBulukumba.Com - Judul yang provokatif mungkin akan membuat banyak orang merasa penasaran, tetapi sebenarnya, "Bangsatnya Cinta Pertama" adalah eksplorasi yang penuh perasaan dan memukau tentang persahabatan dan kompleksitas cinta pertama.

Disutradarai oleh Eugene Panji, film drama romantis Indonesia ini membawa penonton dalam perjalanan penemuan diri dan gejolak emosi.

Mulai tayang 5 Oktober 2023, film ini berpusat pada tiga sahabat karib, Fraya (Adinda Thomas), Tya (Rania Putrisari), dan Dara (Annette Edoarda). Fraya, yang tidak berpengalaman dalam urusan hati, mendapati dirinya terjerat dalam segitiga cinta dengan Tya dan Elmar (Elang El Gibran), seorang pria Indonesia yang menawan dan tinggal di sebelah rumah Dara di Belanda.

Baca Juga: Menyibak 7 fakta mengejutkan drama Korea King the Land

Salah satu kekuatan film ini adalah kemampuannya untuk menggambarkan nuansa persahabatan. Ikatan antara Fraya, Tya, dan Dara terasa kuat, dan chemistry di antara mereka digambarkan dengan autentisitas dan kedalaman.

Ketika hubungan mereka dengan Elmar menjadi semakin rumit, ketegangan muncul, menguji batas persahabatan mereka. Dinamika antara karakter-karakter ini dieksplorasi dengan cermat, menyoroti kompleksitas cinta, cemburu, dan pengkhianatan.

Penampilan dalam "Bangsatnya Cinta Pertama" patut diacungi jempol. Adinda Thomas berhasil memerankan Fraya dengan meyakinkan, menangkap kerentanan dan kepolosan seorang wanita muda yang mengalami cinta pertama.

Baca Juga: Review film Mission: Impossible 7, konfrontasi masa lalu Ethan Hunt dan perempuan misterius

Rania Putrisari memberikan kedalaman pada perannya sebagai Tya, memperlihatkan konflik batin seorang sahabat yang terpecah antara kesetiaan dan hasrat. Elang El Gibran, dalam debutnya sebagai pria utama, bersinar sebagai Elmar, memerankan sosok yang karismatik dan misterius yang menawan hati baik Fraya maupun Tya.

Sutradara Eugene Panji menunjukkan kemampuan yang solid, berhasil menangkap gejolak emosional dan kerumitan cerita. Ritme film memungkinkan penonton untuk tenggelam dalam perjalanan karakter-karakter tersebut, merasakan puncak dan lembah bersama mereka.

Sinematografi dengan indah menangkap keindahan alam Belanda, menambahkan nuansa romantis pada film ini.

Baca Juga: Sinopsis Through My Window: Tetangga yang saling jatuh cinta yang dimulai dari sebuah buku yang tercecer

Ilustrasi musik yang disusun oleh tim musisi berbakat melengkapi narasi dengan indah. Melodi yang sarat emosi meningkatkan hubungan penonton dengan para karakter, lebih menonjolkan momen-momen yang penuh perasaan dalam film ini.

Meskipun "Bangsatnya Cinta Pertama" termasuk dalam genre drama romantis, film ini berhasil menghindari klise dan trope yang sering dikaitkan dengan genre tersebut. Sebaliknya, film ini menggali tema-tema lebih dalam tentang penemuan diri, persahabatan, dan kompleksitas emosi manusia. Film ini menggema pada penonton dengan cara yang mendalam.

Namun, film ini tidak luput dari kekurangan. Terkadang, dialog terasa dipaksakan, selintas terlihat pada trliller-nya, kurang memiliki aliran alami percakapan sehari-hari. Selain itu, beberapa perkembangan plot mungkin terasa dapat ditebak, mengurangi unsur kejutan.

Secara keseluruhan, "Bangsatnya Cinta Pertama" adalah tambahan yang menyegarkan dan penuh perasaan dalam genre drama romantis. Film ini berhasil mengeksplorasi kompleksitas persahabatan dan cinta pertama, meninggalkan penonton dengan rasa nostalgia dan introspeksi yang membekas.

Dengan pemain yang berbakat, arahan yang solid, dan kedalaman emosional, film ini tidak boleh dilewatkan oleh para penggemar cerita romantis yang melibatkan penuh perasaan.***

Editor: Nurfathana S

Tags

Terkini

Terpopuler