WartaBulukumba.Com - Di sudut dapur, Ibu Salma, duduk berakar kuat pada tradisi. Dengan tangannya yang terampil, dia melakukan ritual pembuatan kue jipang yang diwarisi dari nenek dan ibunya. Sejenak melihat Bulukumba dari Desa Bajiminasa di Kecamatan Rilau Ale ini, kita bisa menyesap harmoni ekonomi dan ekologis dari kue jipang dan pohon aren
Cahaya sore menembus celah-celah bambu, memetakan bayang-bayang yang menari di lantai tanah, sementara asap manis gula aren menyelimuti ruangan di rumah sederhana itu.
Dalam setiap gigitan kue jipang, bukan hanya rasa manis yang terasa, melainkan juga resonansi dari sejarah yang panjang dan kecintaan yang mendalam terhadap tanah dan budaya yang telah membesarkan dan memelihara mereka.
Baca Juga: DAS Balangtieng Bulukumba: Beranda Komunitas mendukung ekonomi lokal dan pemulihan ekosistem
Ibu Salma, perempuan berusia 48 tahun itu, di dapurnya yang sederhana, terus menyulam cerita-cerita ini, dengan harapan bahwa setiap kue jipang yang ia buat akan membawa sedikit kebahagiaan ke dunia—sepotong demi sepotong.
Dengan latar rimbunnya pohon-pohon aren yang menjulang tinggi dan megah, Desa Bajiminasa senantiasa merayakan kekayaan budaya ini.
Di sini, setiap pohon dan tiap pelepah adalah saksi bisu perjalanan yang telah ditempuh generasi demi generasi—sebuah cerita tentang ketahanan dan keberlanjutan.
Pemasaran kue jipang
Di bawah atap rumahnya yang sederhana, Ibu Salma, setiap hari meracik bahan-bahan menjadi kue jipang dengan alat-alat tradisional.
Setiap kue jipang yang dibuatnya tidak hanya menyimpan cita rasa lezat tetapi juga mengikat anggota komunitas dalam tradisi dan nostalgia.
Dalam pemasaran, kerjasama dengan pedagang di pasar tradisional memainkan peran vital. Ibu Salma juga menerima pesanan khusus, baik untuk oleh-oleh maupun camilan keluarga.
Inisiatif ini tidak hanya meningkatkan ekonomi keluarga tetapi juga memperkuat jaringan antarpedagang dan pengrajin, membawa kue jipang ke lebih banyak rumah dan hati.
Lebih dari sekadar sumber pendapatan
Ketua Dana Mitra Tani (DMT) Bulukumba, Sri Puswandi, yang melakukan kunjungan ke tempat pembuatan kue jipang milik Ibu Salma pada Rabu kemarin, menekankan pentingnya kue jipang tidak hanya sebagai sumber pendapatan tetapi sebagai warisan budaya yang kaya.
"Pelestarian ini adalah tanggung jawab bersama yang memerlukan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat, dari pelestarian resep hingga teknik pembuatan yang autentik, sehingga warisan ini tetap lestari di tengah arus modernisasi," kata Sri Puswandi pada Kamis, 25 April 2024.
Sri Puswandi menambahkan, bagi siapa saja yang mencari pengalaman kuliner autentik atau sekadar ingin menyaksikan keajaiban pembuatan kue jipang, rumah produksi Ibu Salma di Dusun Bonto Baju adalah destinasi yang tidak boleh dilewatkan.
"Pengunjung akan disambut dengan hangat dan dipersilakan untuk menyaksikan proses pembuatan kue jipang, serta tentunya, mencicipi hasilnya yang lezat," ungkapnya.
Kue jipang, lebih dari sekadar makanan, adalah simbol dari kehangatan, kebersamaan, dan keberlanjutan budaya.
Ini adalah cerita tentang desa yang memelihara kebijaksanaan lama untuk memastikan bahwa mereka akan terus hidup dan dinikmati—satu potong kue jipang dalam satu waktu.***