WartaBulukumba.Com - Di Bonto Matene dan Bajiminasa, dua desa di Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, selalu ada cerita yang manis dan berlapis sejarah, terbungkus dalam gurihnya kue jipang. Sebuah karya kuliner tradisional yang manis dan renyah, layaknya memori masa lalu yang beradu dengan harapan masa depan.
Kue jipang, dengan gula aren sebagai jantungnya, bukan hanya sekedar penganan, melainkan sebuah simbol kekayaan alam dan kearifan lokal di pelosok Bulukumba.
Dalam kue jipang, gula aren menjadi nyawa utama dalam penciptaannya. Gula aren, dengan rasa manisnya yang khas dan tekstur yang unik, memberi karakter khusus pada jipang, menjadikannya lebih dari sekadar kue, tetapi juga warisan budaya.
Kunjungan Dana Mitra Tani (DMT)
Di kedua desa ini, kue jipang bukan hanya soal rasa, tapi juga pilar ekonomi. Bagi petani gula aren, kue ini adalah sumber penghidupan, mempertemukan tradisi dengan kebutuhan pasar modern.
Baru-baru ini, Dana Mitra Tani (DMT) melakukan kunjungan ke sentra produksi kue jipang. Mereka melihat dari dekat proses pembuatan dan membahas kemungkinan kerjasama. Kunjungan ini membuka jendela peluang bagi para pelaku usaha.
Ketua DMT, Sri Puswandi, berbicara tentang pembentukan koperasi petani aren di DAS Balangtieng. Langkah ini bukan hanya tentang meningkatkan produksi, tetapi juga mengenai pengembangan komunitas dan keberlanjutan.
Baca Juga: Recommended di Jalan Poros Bulukumba-Sinjai: Warung Bakso Langen Sari di Balampesoang