"Pada saat itu saya masih fokus pada pekerjaan di Makassar,dengan berbekal pengetahuan dan pengalaman dari Komunitas Swabina Pedesaan Salassae (KSPS) ibu saya mencoba membuat olahan jahe yg berbentuk serbuk instan," tutur ibu muda kelahiran 1989 ini.
Sekali waktu Lilis mengikutkan produk milik ibunya di pameran yang digelar oleh Dinas Koperasi.
Baca Juga: Sari bambu dari Bulukumba, fermentasi mimpi di Desa Salassae
"Alhamdulillah bisa diterima oleh semua kalangan melalui tester. Karena banyak pelatihan program pemerintah yang mengharuskan millenial di bawah 40 tahun, akhirnya Ibu saya meminta saya fokus menangani usaha ini," ungkapnya.
Setelah mengikuti pelatihan kewirausahaan Lilis lalu mengurus perizinan agar Jahe Instan Pinisi bisa diterima di retail.
Lilis juga menuturkan sekelumit suka duka usahanya.
"Pada saat pandemi yang berlangsung kurang lebih 2 tahun, bahan baku melonjak tapi permintaan konsumen juga Alhamdulillah melonjak," kenangnya.
Baca Juga: Jutsuka dari Bulukumba Sulsel! Jangan sampai keliru, ini bukan camilan Jepang
Lilis danibunya melihat peluang besar untuk memasarkan produk jahe instan di Bulukumba sejak memulai usaha ini.
Awalnya Lilis dan ibunya menamai produknya dengan nama "Jahe Instan Salassae". Kemudian pada tahun 2020 kmereka menggantinya dengan nama "Jahe Instant Phinisi".