Ia bergegas setiap pagi pukul 07.00 WITA menuju kebun kelornya.
Semangat membaranya ditambah inisiatif untuk mengembangkan tanaman kelor itu. Mulanya, Andi Aprisal ragu untuk memulai usaha tanaman kelor. Wajahnya lesu saat melihat kondisi lahannya.
Baca Juga: Ayu Lestari Hidayat buktikan keberhasilan sebagai pengusaha muda tanpa nebeng mertua
Tanah yang penuh bebatuan, pohon-pohon besar, semak belukar menjulang tinggi. Namun, setelah mempelajari peluang tanaman kelor, ia bersihkan ladangnya.
Ia mengajak adik serta pamannya untuk mengolah lahan tersebut.
Dilansir WartaBulukumba.com dari laman nu.or.id, Selasa 26 Oktober 2021, ia mengatakan bahwa bagi anak muda NU bertani adalah bagian dari ibadah.
Baca Juga: Kelompok petani alami di desa ini membuat sendiri mikroba dan nutrisi herbal untuk tanaman
"Bagi kami selaku anak muda NU bertani adalah bagian ibadah," tuturnya.
Penjualan hasil panen tanaman kelornya, anak muda yang akrab disapa Ical ini membeberkan bahwa dirinya menjalin kerja sama dengan Plaza Desa Indonesia, unit usaha yang dikembangkan para pemuda NU di Bulukumba.
"Target pasarnya jelas. Kami bermitra dengan Plaza Desa Indonesia untuk pengembangan budi daya kelor dengan harga 1 kilogram daun kelor seharga 50 ribu," ungkap Ical.