Andi Sultan Daeng Radja rutin beribadah di sini, masjid bersejarah di Bulukumba yang didirikan Haji Kantoro

- 29 Maret 2023, 18:06 WIB
Masjid Taqwa Ponre di Kabupaten Bulukumba, Sulsel.
Masjid Taqwa Ponre di Kabupaten Bulukumba, Sulsel. /Dok. Achmad Taslim

WartaBulukumba - Masih berdiri kokoh melintasi banyak zaman, Masjid Taqwa Ponre adalah salah satu pendar cahaya Islam di Kabupaten Bulukumba masa silam.

Kawasan Ponre sekitar abad 17-19 Masehi, orang-orang mengenalnya sebagai kampung Lebbaq Pongko. Di kampung masa lalu inilah salah satu masjid bersejarah di Bulukumba didirikan. Diberi nama Masjid Taqwa Ponre, didirikan oleh seorang ulama keturunan Raja Bone ke 16, 

Masjid Taqwa Ponre juga memiliki tautan sejarah dengan Pahlawan Nasional RI dari Bulukumba, Andi Sultan Daeng Radja. 

Baca Juga: Menengok cahaya Islam pertama kali berpendar di Bulukumba melalui masjid tertua di selatan Sulsel

Semasa muda Haji Andi Sultan Daeng Radja dikenal taat beribadah dan aktif dalam kegiatan Muhammadiyah. Salah satu pusat kegiatan Muhammadiyah adalah Masjid Taqwa Ponre. Haji Andi Sultan Daeng Radja rutin beribadah di masjid ini.

Andi Sultan Daeng Radja wafat pada 17 Mei 1963. Atas permintaan Andi Sultan Daeng Radja semasa hidupnya, beliau kemudian dimakamkan di depan Masjid Taqwa Ponre Bulukumba.

Didirikan oleh Haji Kantoro

Ponre saat ini merupakan bagian Kelurahan Matekko di Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Baca Juga: Masjid Istiqlal dari pojok sejarah, inilah para tokoh penggagasnya

H. Muhammad Yahya (Haji Kantoro), pendiri Masjid Taqwa Ponre di Bulukumba.
H. Muhammad Yahya (Haji Kantoro), pendiri Masjid Taqwa Ponre di Bulukumba. Dok. Keluarga Besar H. Muhammad Yahya

Nama Ponre pada zaman dahulu yaitu Lebbaq Pongko dalam bahasa Bugis artinya punggung lebar. Disebut demikian lantaran pada masa itu membajak sawah lazim dilakukan oleh manusia sehingga para petani memiliki punggung yang lebar akibat kerja keras membajak sawah.

Pada awal abad 20, seorang ulama yang dikenal dengan Haji Kantoro datang mengembangkan agama Islam di wilayah tersebut.

Nama asli Haji Kantoro adalah Haji Muhammad Yahya. Ulama ini merupakan keturunan Raja Bone ke 16. Raja atau Arung Bone ke 16 bernama La Patau Matanna Tikka yang digelar Matinroe ri Nagauleng.

Baca Juga: Telusur Cahaya Islam sejak abad 17 dari masjid tertua di Bulukumba, Masjid Nurul Hilal Dato ri Tiro

Silsilah La Patau Matanna Tikka hingga Haji Kantoro (muhamad Yahya)/Dok. Keluarga Besar Muhammad Yahya
Silsilah La Patau Matanna Tikka hingga Haji Kantoro (muhamad Yahya)/Dok. Keluarga Besar Muhammad Yahya

Dalam Lontaraq Akkarungeng ri Bone disebutkan bahwa Arung Palakka sebelum wafat  telah mewariskan takhta Bone kepada kemenakannya, La Patau Matanna Tikka, putra pasangan La Pakkoko Arung Timurung dengan We Mappolobombang Maddanreng Palakka.

Pewarisan takhta itu dipersaksikan kepada seluruh orang Bone, Hadat Bone dan Lili Passeyajingeng Bone. 

Haji Muhammad Yahya digelar Haji Kantoro karena dikenal sebagai orang yang dipercayakan oleh pemerintah saat itu untuk mengurus administrasi kependudukan masyarakat setempat.

Baca Juga: Masuknya Islam di Sinjai, menyibak peran penting Dato ri Tiro

Kata 'kantoro' dalam bahasa Bugis menunjukkan makna "urusan administrasi' atau 'urusan kantor'.

Haji Kantoro juga dikenal sebagai katte, yang di zaman sekarang serupa Kepala KUA. Namun orang yang menjadi katte pada masa itu juga mengurus masjid dan semua hal yang berkaitan urusan keagamaan di tengah masyarakat, seperti mengajari ilmu agama.

Kayu Aneh di Masjid Taqwa Ponre

Muhammad Yahya adalah pendiri Masjid Taqwa Ponre yang proses pembangunannya dilakukan pada sekitar tahun 1912-1914.

Baca Juga: Menyesap Bulukumba dari secangkir kopi: Liberica yang langka hanya tumbuh di Desa Anrang

Dengan bantuan penduduk setempat secara gotong royong, Masjid Taqwa Ponre akhirnya berhasil berdiri dan menjadi salah satu pusat pengembangan agama Islam di Kabupaten Bulukumba.

Ada sebuah kisah unik di balik pembangunan Masjid Taqwa Ponre.

Dalam sebuah wawancara dengan salah satu anak keturunan Muhammad Yahya bernama Ahmad Rayyan pada tahun 2022 lalu, tersibak cerita menarik di awal mula pembangunan Masjid Taqwa Ponre.

Suatu hari, tetiba ada sebatang kayu besar yang hanyut di laut dan terdampar di pesisir pantai Ponre.

Baca Juga: Melihat Bulukumba dari Desa Salassae: Gotong royong penuh cinta dalam perbaikan jalan

Yang aneh pada kayu tersebut, selalu saja kayu itu kembali ke pantai setelah dihempas ombak ke tengah lautan

Di tengah penduduk setempat mulai muncul hal-hal klenik dan mistis akibat keanehan kayu tersebut. Para penduduk bahkan tidak ada yang berani menyentuh dan mengambilnya.

Muhammad Yahya mendengar ihwal kayu aneh tersebut. Dengan tujuan untuk membersihkan hal-hal klenik di kalangan penduduk, lagipula dia saat itu sedang membutuhkan kayu untuk bahan utama masjid, maka Muhammad Yahya meminta penduduk untuk mengambil kayu tersebut.

"Kayu itu kemudian dijadikan sebagai bahan utama Masjid Taqwa Ponre di awal pembangunannya," tutur Ahmad Rayyan kepada WartaBulukumba.com.

Kayu tersebut tidak digergaji seperti sekarang. Penduduk pada saat itu mengebor kayu tersebut lalu membelahnya dengan menggunakan kampak.

Dewasa ini, bahan utama yang berasal dari 'kayu aneh' tersebut masih ada. Bagian lainnya yang juga masih ada sampai saat ini yakni puncak kubah masjid yang terbuat dari bahan kayu.***

 

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x