Budayawan dan sastrawan senior di Kabupaten Bulukumba yang juga seorang da'i, Mahrus Andhis mengungkapkan bahwa bentuk tradisi budaya Islam tersebut bernilai manfaat.
"Apabila ritual semacam ini dilakukan dengan ikhlas tanpa tendensi peribadatan yang menyimpang dari syariat, maka pelakunya dijamin memperoleh pahala dari Allah SWT," tulis MAhrus Andhis dalam salah satu esainya paad tahun 2020 silam.
Mahrus Andhis lebih jauh menguraikan, di mata umat Islam, Ramadhan adalah bulan yang suci penuh Rahmat. Menyambut Ramadhan dengan hati yang gembira adalah sunnah Rasulullah. Ia mengutip hadits Nabi: "Man fariha bidukhuuli ramadhaana faharramallaahu jazadahu alanniiraani."
Baca Juga: Melihat Bulukumba dari jalan-jalan rusak, data anggaran perbaikan yang ada hingga DAK
Aroma Daun Pandan
Pada Ramadhan dan lebaran masyarakat Bulukumba sebagai bagian dari suku Bugis Makassar memahami makna kangen yang kolektif. Hanya sekali sampai dua kali setahun.
Pertemuan tahunan antara orang-orang yang masih hidup dan yang sudah berpulang itulah yang juga biasanya dihiasi daun pandan. Di meja makan ia membungkus ketupat. Di atas kuburan dianggap setara doa.
Masyarakat Bulukumba terbiasa membawa irisan-irisan daun pandan ke kuburan, terutama ziarah kuburan setelah lebaran.
Baca Juga: Melihat Bulukumba dari Sungai Balantieng: Tambang Galian C versus kegelisahan petani