Menelusuri Bulukumba dari hutan hingga 'back to nature'

- 10 Maret 2023, 16:48 WIB
Ilustrasi hutan karet yang dikelola PT Lonsum Bulukumba.
Ilustrasi hutan karet yang dikelola PT Lonsum Bulukumba. /WartaBulukumba.com/Alfian Nawawi

WartaBulukumba - Pernahkah Anda menelusuri salah satu wilayah hutan Bulukumba yang lebat? Inilah pemasok udara segar dan sejuk yang  mengalir bersama suara dedaunan yang saling bergesekan membentuk suara gemerisik yang menenangkan. Sementara burung-burung kecil menyanyi riang di atas dahan pohon-pohon yang tinggi.

Di antara pepohonan yang menjulang tinggi, terdapat anak sungai kecil yang mengalir dengan tenang. Begitulah, Bulukumba menjadi salah satu dari paru-paru Nusantara bahkan dunia dengan sinar matahari yang masuk melalui celah-celah daun membuat bayangan-bayangan hijau yang lembut dan bergerak-gerak di atas tanah yang ditumbuhi lumut dan rerumputan. 

Hutan di Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan adalah juga rumah perlindungan bagi berbagai satwa yang bermain dan berkeliaran di antara pohon-pohon besar, dan terkadang terlihat merayap di antara semak-semak.

Baca Juga: Melihat Bulukumba dari jalan-jalan rusak, data anggaran perbaikan yang ada hingga DAK

Satu-satunya Pemilik Hutan Karet dan Hutan Adat di Sulawesi Selatan

Bulukumba adalah  satu-satunya daerah di Sulsel yang memiliki hutan atau kebun karet dan kawasan adat.

Mengutip laman Bulukumbakab.go.id pada 26 Juli 2022, Tenaga Ahli Bupati Bulukumba Bidang Perencanaan Dr Andi Irwan Nur memaparkan 4 isu strategis pada kegiatan persiapan roadmap perhutanan sosial.

Baca Juga: Melihat Bulukumba dari Sungai Balantieng: Tambang Galian C versus kegelisahan petani

Ia mengaku memastikan program prioritas bupati selaras dengan perhutanan sosial.

"Bulukumba memiliki luas hutan sekitar 9 ribu hektar, yang terdiri dari Hutan Lindung 5.180 hektar, Hutan Konservasi/Tahura 3.475 hektar, Hutan Produksi 931 hektar, dan Hutan Produksi Terbatas 537 hektar, yang sebagiannya telah dikeluarkan menjadi Hutan Adat seluas 313 hektar melalui Keputusan Presiden pada tahun 2016 yang lalu," jelasnya.

Empat isu strategis untuk perhutanan sosial tersebut, yaitu pada konteks pariwisata, budaya, pengembangan ekonomi masyarakat dan pertanian.

Baca Juga: Melihat Bulukumba dari Desa Salassae: Gotong royong penuh cinta dalam perbaikan jalan

Wilayah Hutan Bulukumba dalam Data

Mengutip laman Scf.or.id,  Kabupaten Bulukumba di Provinsi Sulawesi Selatan, memiliki luas daratan yang mencapai 115.467 Ha. Dari luas tersebut, sekitar 7,32% atau 8.435 Ha merupakan kawasan hutan negara dengan pembagian fungsi hutan lindung (HL), Taman Hutan Rakyat/Konservasi, hutan produksi (HP), dan hutan produksi terbatas (HPT).

Namun, yang menarik adalah bagaimana masyarakat di Bulukumba memanfaatkan lahan hutan di luar kawasan tersebut.

Baca Juga: Melihat Bulukumba dari Desa Salassae: Gotong royong penuh cinta dalam perbaikan jalan

Diperkirakan luas hutan rakyat di Bulukumba mencapai 22.500 ha yang tersebar di 9 kecamatan.

 

Pola produksi atau penanaman tegakan hutan yang umum dilakukan di Bulukumba adalah polikultur atau agroforestry, dengan menanam jenis kayu perdagangan seperti Sengon, Mahoni, Gmelina, Bitti, Suren dan Jati, yang bercampur dengan tanaman jenis MPTS (multi purpose tree) seperti rambutan, durian, dan mangga. Selain itu, masyarakat juga menanam tanaman perkebunan seperti cokelat, petai, kopi, dan cengkeh. Luasan rata-rata lahan yang dimiliki petani antara 0,5 hingga 1 ha.

Meskipun demikian, ada beberapa titik lokasi lahan di beberapa kecamatan yang menerapkan sistem monokultur atau menanam satu jenis tanaman seperti tegakan jenis Jati Super, Jati Putih (Gmelina), dan Sengon dengan luasan rata-rata 0,5 hingga 1 ha per pemilik petani.

Pola produksi atau penanaman yang dilakukan petani sangat dipengaruhi oleh berbagai program pembibitan dan penanaman dari pemerintah, seperti program Gerakan Nasional Rehabilitasi Lahan, program One Man One Tree, Kebun Bibit Rakyat, dan kegiatan pendistribusian bibit yang dilakukan oleh pihak perusahaan kayu.

Baca Juga: Menyesap Bulukumba dari secangkir kopi: Liberica yang langka hanya tumbuh di Desa Anrang

Sebaran permintaan kayu rakyat terbesar ada pada kecamatan Kajang, Herlang, dan Bontotiro, yang ditandai dengan banyaknya jumlah titik pengumpulan kayu. Sementara pada tiga kecamatan tersebut, rata-rata terdapat 15 hingga 30 titik pengumpulan kayu.

Jumlah volume rata-rata pengangkutan kayu ke sawmill kecil sebesar 4 hingga 5 m3 dengan intensitas pengangkutan rata-rata 2 hingga 3 kali per minggu, sehingga rata-rata besaran volume angkut mencapai 40 m3 per bulan.

Jika dikalkulasikan jumlah sawmill kecil sebanyak 50 sawmill, maka permintaan kayu sebesar 2.000 m3 per bulan atau 24.000 m3 per tahun. Sedangkan untuk industri primer besar yang jumlahnya 10 industri, rata-rata permintaan kayu per bulan sebesar 150 m3 dengan kalkulasi 1.500 m3 per bulan atau 18.000 m3 per tahun.

Baca Juga: Melihat Bulukumba dari pinggir: Palampang 'kampung pejuang'

Bibit Unggul hingga Back To Nature

Mengutip data yang dirilis Humas Pemkab Bulukumba pada 4 Februari 2023 lalu, bertepatan dengan Hari Jadi Kabupaten Bulukumba ke 63 tahun, untuk Bidang Ketahanan Pangan, Pemkab Bulukumba menerapkan program bibit unggul, pengadaan rumpon hingga 'back to nature' di sekolah-sekolah.

Pembagian bibit unggul gratis menjadi program unggulan Pemerintah Kabupaten Bulukumba.
Ada sekitar 86 ribu pohon yang telah dibagikan kepada masyarakat.

Bahkan melalui dana CSR, Pemkab bersama Kodim 1411 Bulukumba melakukan penanaman pohon nangka dan sukun sebanyak 3.300 pohon di kawasan adat Ammatoa Kajang
Ini adalah bentuk keberpihakan kepada masyarakat yang berada di kawasan adat Ammatoa Kajang.

Baca Juga: Melihat Bulukumba dari Batu Pallantikang di Desa Salassae

86 ribu pohon itu berasal dari APBD sebanyak 1.100 bibit, anggaran Dana Desa sebesar Rp 200 juta per desa, dan dari anggaran CSR sebanyak 31 ribu bibit./ Jenis bibit unggul yang dibagikan di antaranya durian Musangking, nangka, sukun, lengkeng.

Pemkab Bulukumba juga memiliki program 1000 rumpon yang diharapkan dapat membantu nelayan Bulukumba mendapatkan lebih banyak ikan di laut. Rumpon bertujuan sebagai tempat makan dan bermain ikan. Dengan sasaran lokasi ikan yang jelas, maka proses mendapatkan ikan lebih mudah, hemat, dan efektif.

Saat ini jumlah rumpon yang telah dibagikan kepada kelompok nelayan sebanyak 171 unit melalui APBD.

Mulai tahun 2022, Pemerintah Daerah juga menginisiasi program back to nature di sekolah, di mana para siswa diajarkan menanam dan merawat tanaman. Setiap siswa minimal memiliki satu tanaman produktif yang harus dipelihara.***

Editor: Sri Ulfanita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x