WartaBulukumba - Salah satu nama dan sosok penyair Indonesia yang kerap dielu-elukan oleh hampir setiap generasi adalah WS Rendra.
WS Rendra memulai nafas kehidupan di Solo, ketika Indonesia masih menjadi negara Hindia Belanda. Tepatnya pada tanggal 7 November 1935.
Kemudian WS Rendra mengembuskan nafas terakhir di Depok Jawa Barat pada 6 Agustus 2009 ketika menginjak usia 73 tahun.
Baca Juga: Puisi terakhir WS Rendra sesaat sebelum meninggal dunia
Mengarungi puisi-puisi yang pernah ditulis WS Rendra adalah juga serupa menyusuri jalan panjang perenungan tentang hidup, realitas sosial, romantisme, hingga wilayah Ketuhanan.
Berikut lima puisi WS Rendra yang telah mengaduk elemen-elemen itu sedemkian kental.
Puisi Surat Cinta
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur yang gaib,
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah,
Wahai, dik Narti,
aku cinta kepadamu!
Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan dalam kolam
bagai dua anak nakal
jenaka dan manis
mengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya,
Wahai, dik Narti,
kupinang kau menjadi istriku!