Ada pameran bilah pusaka Sulawesi dalam Kenduri Sungai Bijawang XI di Bulukumba

30 November 2022, 16:59 WIB
Ada pameran bilah pusaka Sulawesi dalam Kenduri Sungai Bijawang XI di Bulukumba /Dok. Al Farabi Bulukumba

WartaBulukumba - Bantaran Sungai Bijawang di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, akan dirangkul gerak gemulai sederet pementasan seni, permainana rakyat dan pameran.

Tak sampai di situ, berkumpulnya berbagai komunitas seni, budaya dan literasi di bantaran sungai yang membelah salah satu sisi wilayah Bulukumba ini bakal menyuguhkan atmosfer keberpihakan pada upaya pelestarian alam.

Melalui penyatuan alam dan manusia dalam seni tari, art performing, musik, permainan rakyat dan sejumlah kegiatan lainnya, bantaran Sungai Bijawang di Desa Palambarae, Kecamatan Gantarang telah rutin dimeriahkan Kenduri Sungai Bijawang yang dihelat setiap tahun.

Baca Juga: Ada lomba katto katto dalam Kenduri Sungai Bijawang 2022 di Bulukumba

AL Farabi, sebuah sanggar seni budaya di Bulukumba adalah pionir dalam agenda tahunan ini.

Kenduri Sungai Bijawang XI digelar di sana pada 2-4 Desember 2022.

Even seni budaya ini memiliki agenda utama yakni pentas seni berupa tari dan pameran bilah pusaka.

Baca Juga: Kenduri Sungai Bijawang 2022: Seniman dan sejumlah komunitas di Bulukumba bakal merubung 'Kidung Sungai'

Pameran bilah pusaka Sulawesi merupakan rutinitas tahunan pula bagi Al Farabi di berbagai even lainnya.

Dedengkot Al Farabi, Ichdar YN, menjelaskan, pameran bilah pusaka Sulawesi merupakan cara mereka mengakrabkan bilah atau wilah keris dengan masyarakat sebagai bagian dari budaya Bugis Makassar.

"Pameran bilah pusaka Sulawesi merupakan cara kami mendekatkan salah satu warisan budaya khususnya bilah atau wilah keris dengan masyarakat Bulukumba," kata Ichdar YN pada Rabu, 30 November 2022.

Baca Juga: Menyatu dengan semesta, ada kenduri dan kidung di Sungai Bijawang Bulukumba pada awal Desember 2022

Sebutan bilah atau wilah keris adalah logam yang ditempa sedemikian rupa sehingga menjadi senjata tajam.

Wilah atau bilah terdiri dari bagian-bagian tertentu yang tidak sama untuk setiap wilahan, yang biasanya disebut dapur, atau penamaan ragam bentuk pada wilah-bilah.

Senjata keris merupakan senjata tikam golongan belati yang berasal yang dikenal memiliki ragam fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah. Mulai Jawa hingga Sulawesi.

Baca Juga: Pemerhati budaya Sulawesi Selatan di Yogyakarta: 'Pemda Bulukumba perlu mengapresiasi karya-karya Dul'

Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris di bagian pangkal yang melebar, sering kali bilahnya berkelok-kelok, dan banyak di antaranya memiliki pamor (damascene), yaitu terlihat serat-serat lapisan logam cerah pada helai bilah.

Pada masa lalu keris berfungsi sebagai senjata dalam duel atau peperangan, sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian.

Pada penggunaan masa kini, keris lebih merupakan benda aksesori (ageman) dalam berbusana, memiliki sejumlah simbol budaya, atau menjadi benda koleksi yang dinilai dari segi estetikanya.

Baca Juga: Mengulik Doel dan karya-karya seniman Bulukumba ini dalam pameran tunggal di Yogyakarta

Senjata keris telah terdaftar dan diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia Non-Bendawi Manusia yang berasal dari Indonesia sejak 2005.

Bertajuk Kenduri Sungai Bijawang XI, bahkan permainan rakyat katto katto juga dilombakan untuk masyarakat umum di Bulukumba.

"Lomba katto katto sebagai permainan rakyat yang kembali tren saat ini kami juga kami apresiasi dalam bentuk lomba," ungkap Ichdar YN.***

 

 

 

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler