Selamat jalan maestro musik gendang Makassar, Daeng Mile

21 Agustus 2021, 15:42 WIB
Salah satu aksi maestro musik gendang Makassar, Daeng Mile semasa hidupnya. /WartaBulukumba.Com/Sri Ulfanita

WartaBulukumba - Innalillahi wa innailaihi rojiun. Tabuhan gendang sang maestro tak lagi bertalu-talu namun kebaikannya niscaya akan tetap bergaung.

Sosok Daeng Mile lekat pada alat musik tradisional ganrang atau gendang. Para pelaku seni tradisional penabuh gendang di Sulawesi Selatan biasa disebut paganrang.

Rancak dan memukau pada tetabuhan yang ritmis oleh para seniman gendang bahkan kadang mengundang nuansa mistis.

Baca Juga: Pesawat TNI AU evakuasi WNI dan WNA dari Afghanistan

Gendang merupakan alat musik utama dan dianggap bertuah di Sulawesi Selatan—karenanya menjadi alat musik yang dipukul oleh orang-orang penting kala membuka sebuah acara.

Kadang beberapa penari atau orang yang sekadar menonton bisa kerasukan bila mendengar gendang dipukul.

Sang maestro musik gendang Makassar itu telah berpulang. Ia mengembuskan napas terakhir pada pengujung pekan Sabtu 21 Agustus 2021 di Makassar.

Baca Juga: Situs website Taliban mendadak hilang di internet

Daeng Mile adalah salah seorang maestro gendang Makassar, selain H. Daeng Manda dan mendiang Mak Coppong yang juga maestro tari, serta Daeng Serang Dakko, saudara sepupu Daeng Mile dari garis ibu.

Melekatnya kata 'maestro’ diperoleh dari Menteri Kebudayaan dan Pariwisata pada era Presiden Soesilo Bambang Yudoyono.

Kata maestro memang setara dengan geliat giat Daeng Mile sejak 1961 dengan alat musik pukul tradisional Bugis Makassar itu.

Baca Juga: AS babak belur menghadapi Taliban, sisa pemerintahan Afghanistan tetap melawan

Sebelumnya dalam berbagai publikasi yang dituangkan oleh Anwar Jimpe Rachman, seorang pustakawan di Kampung Buku, dirinya menyimpan begitu dalam pelbagai kenangan khusus yang menyampir pada sosok Daeng Mile.

Sekali waktu, penuturan Anwar Jimpe Rachman, Daeng Mile berpakaian lengkap. Rupanya saat itu bukan lantaran ada hajatan. 

Pada medio 2013 itu sang maestro mengeluarkan gendang miliknya untuk pengambilan gambar sampul buku Calling Back theSpirit: Music, Dance, and Cultural Politics in Lowland South Sulawesi karya Anderson Sutton, yang diterbitkan Ininnawa pada September 2013.

Baca Juga: Siap-siap, Pandemi akan bertransisi ke Endemi

Daeng Mile secara fisik merepresentasikan penampilan lelaki Bugis Makassar pada zaman lampau, yang pemberani dan pengembara.
 
Ia lelaki berkumis yang terlihat pantas dengan baju merah cerah berlengan panjang.
 
Kerah berhiasan benang emas, passapu (ikat kepala) coklat dan biru tua menutup rambut ikalnya. Sarung sutra bercorak kotak-kotak melingkari pinggangnya yang kokoh.
Baca Juga: ARMY kecewa, konser BTS 'Map of the Soul' dibatalkan oleh BigHit Music
 
Jika sudah seperti itu penampilannya maka sebentar lagi akan terdengar tetabuhan ritmis dari gendang miliknya.
 
Akan digebuknya gendang dengan sebilah bakbalak (stik dari tanduk kerbau) di tangan kanannya. 

Daeng Mile bermukim di rumahnya di Desa Se’re Kalenna, daerah perbatasan Gowa dan Takalar, sekisar 30 kilometer selatan Makassar. Daeng Mile lahir pada tahun 1952. Meskipun Daeng Mile agak ragu dengan tahun yang terera di KTP-nya, lantaran ia lebih setuju pada tahun 1949.

Baca Juga: 7 fakta menarik sosok Irzan Faiq pemeran Aiden di Antares

Selain bermain gendang, Daeng Mile adalah juga seorang petani yang perkasa.

Honor yang diterima Daeng Mile dalam bermain gendang dipakai membeli lahan pertanian.

Kerap Daeng Mile memperoleh honor saat bermain gendang atau mempraktekkan pembuatan gendang di banyak negara, termasuk ke Amerika Serikat atas jasa baik etnomusikolog, Profesor R. Anderson Sutton.

Berdasarkan pengakuan Profesor R. Anderson Sutton, Daeng Mile adalah guru bagi guru besar Universitas Michigan belajar gendang Makassar.***

 

 

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler