Frank Hoogerbeets prediksi gempa dahsyat di Sulawesi, BMKG Makassar sebut harus fokus pada mitigasi bencana

- 5 Maret 2023, 11:46 WIB
Frank Hoogerbeets
Frank Hoogerbeets /Instagram/@warungjurnalis/

WartaBulukumba - Tanah yang bergerak lalu retak, bangunan-bangunan yang runtuh, lalu situasi selanjutnya sudah dapat dibayangkan. Ya, gempa. Di mana-mana situasinya sama, yaitu kehancuran.

Di ruang ilmiah, tidak ada prediksi gempa yang dapat dianggap 100% akurat, dan kebanyakan prediksi gempa bahkan dapat dianggap sebagai pseudosains atau pseudoscience.

Kendati demikian, bencana berupa gempa bisa saja terjadi setiap saat tanpa diduga sebelumnya. Yang terpenting adalah mitigasi bencana.

Baca Juga: Siapakah Frank Hoogerbeets, peneliti Belanda yang memprediksi gempa Turki 3 hari sebelumnya?

Sebagaimana yang diingatkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Makassar.

BMKG Makassar menyikapi prediksi Frank Hoogerbeets yang menyebutkan akan terjadi gempa besar di tiga wilayah Indonesia, salah satunya Pulau Sulawesi.

Frank Hoogerbeets mengeluarkan prediksi bahwa Pulau Sulawesi akan dilanda gempa besar sepanjang 3-4 Maret atau 6-7 Maret 2023 mendatang.

Sebelumnya, Frank Hoogerbeets menjadi populer di jagat maya karena prediksinya soal gempa Turki dan Suriah dianggap tidak meleset.

Baca Juga: Mengenal teknologi HAARP yang dituding berada di balik gempa besar di dunia! Aceh hingga Turki?

Nama dan sosok Frank Hoogerbeets sontak menyedot perhatian masyarakat internasional setelah prediksi gempa Turki dan Suriah pada 6 Februari lalu.

Mengutip Manado.Pikiran-Rakyat.com, Frank Hoogerbeets mengaku prediksinya berdasarkan pergerakan benda-benda langit.

Pola yang dipelajari Frank Hoogerbeets sebagaimana dia jelaskan melalui channel YouTube SSGEOS pada 27 Februari 2023, pekan pertama di bulan Maret 2023 akan menjadi sangat kritis.

"Kami memiliki konjungsi planet pada tanggal 24. Itu adalah puncak ungu. Kami memperkirakan beberapa peningkatan seismik, tetapi tidak banyak, sekitar tanggal 25 - 26 sebagai hasilnya," ujarnya.

Baca Juga: Benarkah HAARP adalah senjata rahasia AS untuk menimbulkan gempa dan merekayasa cuaca?

Pada tanggal 25 Februari 2023, jelasnya, terjadi dua gempa bumi yang kuat, yakni M 6.1 di Jepang dan M 6.2 di Wilayah New Britain, Papua Nugin.

Melihat kondisi benda-benda langit tersebut, lanjut Frank Hoogerbeets, kemungkinan akan ada peristiwa seismik besar hingga sangat besar sekitar tanggal 3 atau 4 Maret 2023.

"Bisa juga sekitar tanggal 6 atau 7 dengan Bulan Purnama. Mari saya jelaskan. Kami memiliki konjungsi planet lain yang akan tepat pada tanggal 5. Itu akan menjadi Mars, Venus dan Saturnus. Ini juga merupakan konjungsi planet kritis dengan Venus di tengah. Ini akan tepat pada tanggal 5, tapi itu akan terjadi dalam konjungsi yang sangat dekat," imbuhnya.

Baca Juga: Tim Kesehatan Polri tangani 624 korban gempa Turki saat jumlah tewas lewati 47 ribu

Dia memprediksi, tidak hanya ada satu peristiwa seismik yang lebih besar pada pekan pertama Maret 2023.

"Mungkin ada beberapa peristiwa seismik, jauh di atas 6 magnitudo di minggu pertama bulan Maret ini," imbuhnya.

"Area ini juga ditandai oleh fluktuasi atmosfer yang kami rekam pada tanggal 21. Mereka adalah satu-satunya fluktuasi yang signifikan sebenarnya," urainya lagi.

Pada tanggal 2 Maret, dia melihat konvergensi geometri planet kritis yang akan menjadi sangat signifikan.

"Dan juga pada tanggal 4 dan 5 kita melihat beberapa geometri planet kritis. Itulah puncak ungu khususnya," jelasnya.

Pada tanggal 1 Maret 2023, bumi memiliki Merkurius, Matahari, dan Mars bersamaan. Ini akan diikuti pada awal tanggal 2 Maret 2023 oleh Bumi, Venus, dan Jupiter secara bersamaan.

"Dalam 9 jam akan ada konjungsi planet lain, juga melibatkan Bumi. Itu adalah Bumi, Merkurius, dan Saturnus. Itu akan menjadi kritis. Konvergensi konjungsi dua planet dengan Bumi ini akan sangat kritis," ungkapnya.

Koordinator Bidang Observasi BMKG Wilayah IV Makassar Jamroni menyatakan, informasi ramalan gempa besar di Sulawesi  perlu dikaji lebih mendalam.

"Kami tidak terima gempa dengan prediksi seperti itu," kata Jamroni pada Jumat, 3 Maret 2023, dikutip dari Antara.

Jamroni menekankan bahwa ancaman gempa besar seharusnya disikapi dengan fokus menyiapkan mitigasi bencana.

"Seandainya terjadi hari ini atau besok, terpenting adalah bagaimana bisa kita selamat saat ada gempa," ujarnya.

Meski begitu, tahap paling penting yang harus dilakukan adalah membuat bangunan tahan guncangan, sebagaimana saat terjadinya gempa bumi di Mamuju, Sulawesi Barat pada 2020.

BMKG mengeklaim, gedung kantor mereka tetap aman dari keretakan akibat gempa berkat rancangan yang dibuat tahan guncangan.

"Kita lihat saat gempa di Mamuju, gedung di Kantor Gubernur Sulbar runtuh pada bagian atap, tapi gedung BMKG yang posisinya berjarak kurang lebih 300 meter itu aman," ujarnya.

Jamroni juga menyikapi prediksi Hoogerbeets yang diduga berangkat dari imbas gempa di Kamchatka, wilayah perbatasan Rusia dan Jepang. Jamroni menilai, ada jarak panjang yang membentang sekitar 7.000 kilometer dari Kamchatka sampai ke Pulau Sulawesi itu.

"Itu jarak jauh sekali dari Kamatcha hingga ke sampai ke Pulau Sulawesi di Indonesia. Kalau melalui perjalanan pesawat, itu butuh waktu 18 jam. Bagi kami, itu sangat jauh," ujar dia lagi.

Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebutkan, Indonesia berpotensi menghadapi gempa kuat yang dipicu aktivitas multi segmen sesar aktif. Dia pun memaparkan sejumlah daerah potensial terkait bencana tersebut. Salah satunya adalah zona Sesar Cimandiri.

Menurutnya, zona sesar Cimandiri memiliki berbagai segmen yakni Nyalindung-Cibeber, Rajamandala yang berarah Timur Laut-Barat Daya dan Teluk Pelabuhan Ratu.***

Editor: Sri Ulfanita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x