Kisruh kepengurusan ICDT Bulukumba, unggahan Mantan Wabup sedot perhatian

- 14 Juni 2022, 14:04 WIB
Masjid Islamic Center Dato Tiro (ICDT) Bulukumba.
Masjid Islamic Center Dato Tiro (ICDT) Bulukumba. /Emmank Steven

 

WartaBulukumba - Masjid Islamic Center Dato Tiro (ICDT) Bulukumba tetap tegak megah meskipun saat ini sedang meruyak polemik.

Pantauan WartaBulukumba.com pada Selasa, 14 Juni 2022, aktivitas di masjid ikonik Kota Bulukumba ini tetap mengalir lancar sebagaimana biasa.

Suara adzan tetap berkumandang dari puncak menara ICDT dan sholat berjamaah tetap berlangsung saban waktu sholat tiba.

Baca Juga: Kisruh kepengurusan ICDT Bulukumba kian memanas

Sementara itu pro kontra sedang gaduh di ruang publik.

Sampai hari ini ada dua versi kepengurusan Masjid ICDT Bulukumba.

Versi pertama yakni kepengurusan berdasarkan hasil musyawarah jemaah Masjid ICDT dengan HA Muttamar Mattotorang sebagai Ketua.

Baca Juga: Jemaah ICDT Bulukumba gugat SK Bupati di PTUN

Versi kedua yakni kepengurusan berdasarkan SK Bupati Bulukumba yang menetapkan H Amry sebagai Ketua Harian.

Beberapa jam setelah pengukuhan pengurus ICDT dilakukan pada Senin kemarin, jemaah ICDT mendaftarkan gugatan terhadap SK Bupati di PTUN Makassar.

Berbagai kalangan pun terbelah ke dalam polemik.

Salah satu yang menyedot perhatian publik adalah narasi yang diunggah oleh Mantan Wabup Bulukumba Tomy Satria Yulianto.

Baca Juga: Banjir di Kota Bulukumba akibat sebagian warga masih doyan buang sampah sembarangan

Dalam sebuah unggahan foto di akun media sosialnya, Tomy Satria Yulianto memperlihatkan dirinya bersama HA Muttamar Mattotorang dalam sebuah momen.

Dalam caption Tomy Satria menyatakan bahwa dirinya dirinya berdiri di samping Muttamar Mattotorang.

"I am standing beside you... Karena mengabdi untuk Bulukumba bukan diukur dari kemapanan," kata Tomy, dikutip dari unggahan Facebook-nya pada Selasa.

Tomy juga bertutur tentang hak semua warga untuk membangun Bulukumba.

"Si kaya dan si miskin, si mapan dan si mipin, i baco dan i baso, i becce dan i besse, si petani dan si ASN, si pengangguran dan si pegusaha memiliki ruang yang sama untuk mengabdi dan berbuat yang terbaik untuk Bulukumba," 

"Peradaban Bulukumba harus dibangun dari fikiran anti diskriminasi. Bukankah KITA mencintai Bulukumba? Kita itu bukan saya, bukan kamu dan bukan dia. Kita itu kolektif dan egaliter yang berarti semua memiliki kesempatan yang sama. Jadi mari mencintai Bulukumba bukan dengan teks tetapi dengan konteks. Kita dilahirkan dari rahim peradaban kamase-masea sesuai pasanga ri Kajang," urainya.

Di akhir unggahannya, Tomy juga berbicara tentang kesetaraan dalam ruang demokrasi.

"Dalam konteks demokrasi, kekuasaan itu tidak hanya menjunjung prosedural semata. Ada substansi yang jauh lebih esensial. Dan esensi itu adalah partisipasi yang setara bagi semua," pungkas Tomy Satria Yulianto.***

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah