WartaBulukumba - Bagi masyarakat Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, daun galingkang tak hanya sekadar flora liar. Dalam setiap helaian daunnya, tersembunyi sejarah dan warisan leluhur.
Jalinan pembuluh daun membentuk pola-pola rumit dan indah, seolah mencerminkan anyaman kebijaksanaan nenek moyang. Tepi daun yang bergelombang, anggun dan elegan ini memberikan kesan bahwa alam tengah menarikan tari gemulai di angkasa.
Sejak dahulu, masyarakat Bulukumba mengenal daun galingkang atau gelinggang sebagai penawar alami untuk panu dan demam. Tumbuh liar di pelosok-pelosok kabupaten ini, daun ini menjadi saksi bisu kebijaksanaan herbal yang diwariskan turun-temurun.
Daun gelinggang sangat diminati di luar negeri
Sementara di tempat lain seperti Lampung, daun ini telah dibudidayakan dan bahkan diekspor ke mancanegara. Pada tahun 2022, seperti diberitakan Antara, ekspor daun gelinggang ke Jepang mencapai 12 ton, dengan nilai fantastis sebesar Rp880,6 juta, menunjukkan bagaimana pesona alami Bulukumba kini merambah jauh ke tanah matahari terbit.
Daun galingkang, atau Cassia alata, memiliki bentuk jorong hingga bulat telur sungsang, berpasangan dalam 5-12 baris dengan anak daun kaku sepanjang 5-15 cm dan lebar 2,5-9 cm. Ujungnya tumpul, pangkalnya runcing, dan tepinya rata, menyiratkan kesederhanaan dan keanggunan yang memukau.
Daun ini kaya akan nutrisi, mengandung antrakuinon, glikosida, alkaloid, flavonoid, lektin, rhein, dan tanin. Senyawa-senyawa ini, seperti chrysoeriol, kaempferol, dan quercetin, menawarkan banyak manfaat kesehatan.
Baca Juga: Memiliki banyak manfaat kesehatan termasuk penawar racun! Orang Bulukumba menyebutnya buah dao
Sederet manfaat kesehatan
Daun galingkang memiliki sifat anti jamur dan anti mikroba, efektif mengobati penyakit kulit seperti kurap, Cadidia albicans, dan Trichyophyton mentagraphytes.