Rumah sakit di Gaza sangat kewalahan oleh korban serangan Israel penjajah

- 10 Juni 2024, 23:30 WIB
Usai pengeboman Zionist terhadap kamp pengungsi Jabalia
Usai pengeboman Zionist terhadap kamp pengungsi Jabalia /Tangkapan layar Instagram/@trtworld

WartaBulukumba.Com - Semua rumah sakit di Gaza Palestina, bagai reruntuhan menara yang tergerus waktu, kini berdiri dalam kelumpuhan delapan bulan agresi militer dan genosida Zionist yang mencabik-cabik.

Dalam perjumpaannya dengan el-Sisi untuk merajut damai di Gaza, Menteri Luar Negeri Amerika mengucap pesan sakral: “Urgensi untuk kembali membuka gerbang Rafah adalah sebuah seruan nurani.”

Kekurangan pangan, bahan bakar, dan obat-obatan telah mengancam jiwa 2,3 juta penduduk Gaza, laksana ombak maut yang siap menelan sebuah negeri.

Baca Juga: Merinding! Imam Shamsi Ali peringatkan hal ini pada Zionist Israel Penjajah

Runtuhnya sistem kesehatan di Gaza, akibat hujan bom yang tiada henti, telah menjalin benang-benang nasib buruk lainnya: kelaparan yang menggerogoti, penyakit yang menjalar tanpa kendali.

Mereka yang menderita penyakit kronis, kini bagai tertahan di persimpangan tanpa harapan akan perawatan.

Peperangan ini juga membawa gelombang baru orang-orang terluka, yang menyerbu ke sedikit rumah sakit yang masih berdiri, meski mereka berjuang keras mencari suplai medis.

Baca Juga: Rumah sakit di seluruh Gaza dalam kondisi 'di luar batas katasrofis'

Para dokter dan perawat, seperti pahlawan tanpa jubah, kini kewalahan menghadapi beban yang kian berat.

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah