WartaBulukumba.Com - Semua rumah sakit di Gaza Palestina, bagai reruntuhan menara yang tergerus waktu, kini berdiri dalam kelumpuhan delapan bulan agresi militer dan genosida Zionist yang mencabik-cabik.
Dalam perjumpaannya dengan el-Sisi untuk merajut damai di Gaza, Menteri Luar Negeri Amerika mengucap pesan sakral: “Urgensi untuk kembali membuka gerbang Rafah adalah sebuah seruan nurani.”
Kekurangan pangan, bahan bakar, dan obat-obatan telah mengancam jiwa 2,3 juta penduduk Gaza, laksana ombak maut yang siap menelan sebuah negeri.
Baca Juga: Merinding! Imam Shamsi Ali peringatkan hal ini pada Zionist Israel Penjajah
Runtuhnya sistem kesehatan di Gaza, akibat hujan bom yang tiada henti, telah menjalin benang-benang nasib buruk lainnya: kelaparan yang menggerogoti, penyakit yang menjalar tanpa kendali.
Mereka yang menderita penyakit kronis, kini bagai tertahan di persimpangan tanpa harapan akan perawatan.
Peperangan ini juga membawa gelombang baru orang-orang terluka, yang menyerbu ke sedikit rumah sakit yang masih berdiri, meski mereka berjuang keras mencari suplai medis.
Baca Juga: Rumah sakit di seluruh Gaza dalam kondisi 'di luar batas katasrofis'
Para dokter dan perawat, seperti pahlawan tanpa jubah, kini kewalahan menghadapi beban yang kian berat.