Review dan sinopsis 'Avatar: The Last Airbender': Dia yang kembali setelah seratus tahun

25 Februari 2024, 17:29 WIB
Poster Avatar The Last Airbender /Instagram/@avatarnetflix

WartaBulukumba.Com - Dua puluh tahun telah mengalir bagai sungai waktu, membawa kita kembali ke dunia ajaib Airbender, di mana sebuah saga epik terungkap di Netflix. Di sana, terperangkap dalam pelukan abadi gunung es, terdapat seorang bocah laki-laki dengan mata biru bak permata langit, penjaga kisah yang telah lama tertidur, bertugas menyelamatkan dunia yang tercabik-cabik oleh konflik.

Untuk para pelayar baru di lautan luas Airbender, serial Netflix "Avatar: The Last Airbender" layaknya kapal yang mengarungi kenangan, membawa nostalgia serial animasi terkenal Nickelodeon dengan nama yang serupa, yang pertama kali berlabuh di tahun 2005.

Meski terjalin dari kanvas yang sama, karya ini berkisah secara independen dari film epik M Night Shyamalan "The Last Airbender" tahun 2010, juga sebuah odisei live action yang menari di atas irama yang sama, tetapi terpisah dari film megah "Avatar", yang telah memeluk erat nama itu dalam genggaman hak cipta.

Baca Juga: The Last Witch Hunter mengungkap rahasia penyihir di dunia modern

Biarpun terpaksa menyematkan titik dua dan subjudul pada namanya, "Avatar: The Last Airbender" terus berdiri megah, bagai pohon raksasa di tengah hutan animasi. Hampir dua dasawarsa kemudian, akarnya masih menancap kuat, dikelilingi penggemar yang setia, siap menyambut tunas cerita baru yang akan bermekaran.

Narasi ini teranyam dalam pola khas fantasi, di mana dunia terpecah menjadi kerajaan-kerajaan yang terbelah oleh konflik, kaum muda yang menentang takdir, dan sihir yang berdansa di antara garis baik dan buruk.

Di sini, empat elemen — api, bumi, air, dan udara — menjadi penghuni cerita, dengan setiap suku mengandung 'bender', individu yang mampu menata elemen mereka seperti pelukis menggoreskan cat pada kanvas. Di antara mereka, ada Avatar, satu-satunya yang mampu menguasai keempat elemen, menjadi penjaga perdamaian, dengan mata biru yang menyala bak obor ketika kejahatan mendekat.

Baca Juga: Review dan sinopsis 'Munkar': Lorong-lorong misterius sebuah pondok pesantren

Aang adalah Avatar terpilih

Episode pertama membuka tabir pada Aang, seorang anak laki-laki berusia 12 tahun, sang maestro udara. Dia terbangun dari mimpi panjangnya, mengetahui bahwa dirinya adalah Avatar terpilih.

Namun, Bangsa Api yang haus perang mengejar, bak komet yang membakar langit, menghancurkan para pengendali udara, kecuali Aang. Dia, yang tersembunyi dalam rahim gunung es selama seratus tahun, akhirnya terbangun, bersatu dengan Katara, sang pengendali air, dan Sokka, sang pejuang, dalam perjalanan untuk melengkapkan pelatihannya dan membangun kembali dunia yang retak.

Cerita ini menggambarkan Aang, yang seharusnya menikmati masa kanak-kanaknya, namun dipaksa menghadapi nasib sebagai Avatar. Dia, yang seharusnya bermain dan tertawa, segera berhadapan dengan Pangeran Zuko, pangeran dari Bangsa Api yang bermasalah, bertanda bakar di wajahnya sebagai simbol pengasingan dan konflik batin.

Baca Juga: Sinopsis Monster Hunter: Pasukan Ranger Angkatan Darat tersedot ke planet asing!

Zuko, dengan tekad membakar, mengejar Aang, ingin menangkap Avatar baru untuk membuktikan dirinya. Saat Aang menghadapi ancaman, matanya berubah menjadi biru laksana samudra yang marah, dan kepalanya bersinar, menerima panggilan takdirnya.

Aang dan kawan-kawannya berlayar dari satu cerita ke cerita lain, belajar tentang kehidupan dan bertarung dalam tarian kekuatan. Pertempuran mereka, sebuah simfoni elemen, menambahkan drama pada pertarungan yang seharusnya biasa saja, membawa penonton bertanya-tanya: apakah api akan menguapkan air? Bisakah air mengubah bumi menjadi lumpur? Dan apakah udara akan memadamkan api, atau justru menyulutnya lebih lagi?

Di dalam dunia yang berkilauan, dihuni oleh bison terbang raksasa yang mengangkasa melintasi awan, pemeran muda yang berbakat ini menjalin cerita. Sokka dan Katara menghidupkan ikatan saudara yang kuat, sementara Aang membawa perpaduan kepolosan anak-anak dan kebijaksanaan seorang pemimpin. Bersama, mereka mengajarkan bahwa anak-anak dan remaja, dengan keberanian, humor, dan kekuatan alam, mampu menaklukkan tirani genosida.

"Airbender" telah bangkit kembali dengan percaya diri, membawa janji petualangan baru yang akan membawa kita melintasi horizon cerita.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler