Review dan sinopsis 'Munkar': Lorong-lorong misterius sebuah pondok pesantren

8 Februari 2024, 22:37 WIB
Poster film 'Munkar' /Tangkapan layar Instagram.com/@munkarfilm

WartaBulukumba.Com - Di bawah sinar rembulan yang suram, layar perak membuka tabir cerita "Munkar". Kisah ini berlangsung di lorong-lorong misterius dan ruangan yang tersembunyi, di sudut-sudut gelap sebuah Pondok Pesantren, mengungkap horor teranyar dari Indonesia yang menitikberatkan pada isu dan kritik sosial yang tajam.

Keanehan yang menyesakkan dada mulai terasa sejak kehadiran kembali seorang santriwati. Anggy Umbara, dengan sentuhannya yang unik dalam dunia horor, merangkai kejutan dan misteri dalam sebuah harmoni yang menawan.

Dari awal penayangannya pada Rabu, 7 Februari 2024, bioskop di Indonesia telah menjadi saksi atas debut gemilang film ini.

Baca Juga: Review film horor 'Indigo: What Do You See', Amanda Manopo menembus dunia supernatural

Sinopsis "Munkar"

Film ini membawa penonton menyusuri lorong-lorong misterius sebuah pondok pesantren. Tragedi bullying yang menimpa seorang santriwati menjadi titik awal dari rangkaian peristiwa mencekam yang terungkap.

Kisah ini berpusat pada kecelakaan, kehilangan, dan kemunculan kembali sang santriwati, yang menjadi benang merah yang mengikat keseluruhan alur cerita.

Adhisty Zara bersama Ratu Sofya dan Tyo Pakusadewo, menghidupkan karakter mereka dengan penuh nuansa. Ekspresi Zara, khususnya, menangkap esensi ketakutan dan kekuatan batin dalam satu pandangan.

Baca Juga: Review dan sinopsis film 'Pemukiman Setan': Labirin horor, persahabatan dan pengkhianatan

Di jantung "Munkar", performa para aktor dan aktris menjadi kunci utama penceritaan. Adhisty Zara, sebagai tokoh utama, menggambarkan transformasi karakter dengan emosi yang halus dan mendalam.

Ratu Sofya dan Saskia Chadwick, dalam peran pendukung, memberikan kontras yang dinamis terhadap Zara. Kehalusan mereka dalam mengekspresikan konflik internal dan eksternal menjadi tambahan yang berharga bagi film ini.

Efek visual dan set yang kaya

Sinematografi "Munkar" pantas mendapatkan sanjungan. Pemanfaatan cahaya dan bayangan bukan hanya memperkaya visual, tetapi juga memperkuat suasana horor. Musik dan efek suara yang meresapi jiwa, menambah intensitas pengalaman menonton.

Baca Juga: Sinopsis 'Pemukiman Setan': Perempuan dalam pasungan, harta karun dan horor penuh kejutan

Desain set film ini mencerminkan campuran antara tradisi dan misteri. Pondok Pesantren, dengan lorong-lorong gelapnya, dirancang dengan penuh detail, menciptakan atmosfer yang kaya.

Kostum karakter, sederhana namun bermakna, menambah kesan realitas dalam film. Seragam para santri bukan sekadar pakaian, tetapi simbol dari kesederhanaan yang bertentangan dengan kejahatan yang terjadi.

Editing film ini layak diacungi jempol. Transisi antar adegan yang mulus dan ritme cerita yang tepat menjaga penonton tetap terpaku pada layar. Teknik jump cuts dan overlay digunakan dengan cerdik untuk membangun tensi dan kejutan.

Tema dan Simbolisme

"Munkar" lebih dari sekadar film horor. Melalui bullying dan misteri, film ini berbicara lebih dalam tentang isu sosial. Simbol-simbol seperti ruang tertutup dan kegelapan melambangkan isolasi dan ketakutan yang dirasakan korban.

Sejak dirilis, film ini telah memicu diskusi luas tentang pendekatan terhadap tema sensitif dalam cara yang menghibur dan mendidik.

Bullying, sebagai tema utama, disajikan bukan hanya sebagai latar, tetapi juga sebagai kritik sosial. Film ini mengeksplorasi dampak psikologis dari bullying pada korban dan komunitas mereka.

Film ini juga menyoroti dinamika kekuasaan dalam sebuah komunitas kecil. Cara otoritas digunakan dan disalahgunakan menjadi bagian penting dari narasi.***

Editor: Sri Ulfanita

Tags

Terkini

Terpopuler